Nationalgeographic.co.id—Tema perayaan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2021 ini adalah “Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi”. Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada tanggal 21 Februari lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar Creativetalks Pojok Literasi bertema "Potensi Ekonomi pada Pengelolaan Sampah di Masa Pandemi" pada hari Selasa (9/3/2021).
Kegiatan yang diselenggarakan secara seminar daring dan luring ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran peserta terhadap kondisi sampah dan memberikan pemahaman dan gambaran tentang dampak sampah terhadap ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu, seminar ini juga bertujuan untuk memberikan wawasan dalam mengelola sampah agar bisa menjadi nilai ekonomi.
Plt. Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo, Mira Tayyiba, selaku Keynote Speaker dalam cara ini mengajak generasi milenial dan masyarakat menjadi bagian gerakan positif dalam mendukung pengelolaan sampah sebagai bahan baku ekonomi di tengah pandemi. Ia juga mengajar agar masyarakat dan generasi milenial bisa menjadi content creator dengan ikut membagikan informasi dan konten positif terkait pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan di media sosial.
“Saya yakin adik-adik di sini pasti sangat aktif di dunia sosial media, ayo sebarkan konten positif kepada semua warga netizen di media sosial!” ajak Mira.
Baca Juga: Olah Sampah oleh Warga Pinggir Citarum, Sungai Terkotor di Dunia
Septriana Tangkary, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, memberikan paparan mengenai pentingnya manajemen pengelolaan sampah yang sebenarnya memiliki potensi ekonomi dan bisa memberikan laba. Septriana memnyebut Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantar Gebang sebagai contoh implementasi pengelolaan sampah yang disulap menjadi sumber energi alternatif.
“PLTSa Bantar Gebang merupakan salah satu pilot project pembangkit listrik tenaga sampah di Indonesia. PLTSa menjadi salah satu solusi mengurangi timbunan sampah dan menjadi sumber energi alternatif," ujarnya.
Pengelolaan sampah untuk menjadi komoditas ekonomi adalah hal yang penting agar ada sebanyak mungkin yang bisa dimanfaatkan dan sesedikit mungkin sampah yang terbuang atau berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). I Wayan Aksara, Ketua Trash Hero Indonesia, menyampaikan program-program yang sudah dilakukan Trash Hero Indonesia dalam memberikan edukasi terkait ini kepada masyarakat.
“Intinya adalah tentang Zero Waste. Zero Waste adalah usaha untuk mengirim sesedikit mungkin sampah ke TPA dan menghasilkan sesedikit mungkin racun ke lingkungan,” tutur Wayan.
Baca Juga: Inspirasi Bijak dari Pulau Dewata untuk Kebaikan Lingkungan
Ari Sugasri, Kasubdit Sampah Spesifik dan Daur Ulang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), juga turut mengingatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama. Bukan hanya tanggug jawab pemerintah, melainkan juga tanggung jawab semua pihak.
“Ada sebuah konsep: sampahmu tanggung jawabmu, sampahku tanggung jawabku, agar semua paham ini adalah tanggung jawab kita bersama,” kata Ari.
Diky Wahyudi Lubis, Group Head of Community & Campaign National Geographic Indonesia yang turut menjadi pembicara dalam seminar ini, ikut menegaskan pentingnya menyelamatkan bumi. Diky mengatakan kita perlu mengubah mindset bahwa alam akan selalu menyediakan kebutuhan bagi manusia. Sebab, alam ini akan hancur jika kita cemari dan rusak.
“Hentikan pemikiran bahwa alam akan selalu memberikan terus-menerus kepada manusia, kalau kita tidak merawat dan melestarikannya maka hal itu tidak mungkin terjadi," tutur Diky menegaskan.
Baca Juga: Aktivitas Konsumsi Manusia Berdampak Pada Lingkungan, Bagaimana Mengatasinya?
Diky sepakat dengan Mira Tayyiba bahwa upaya pelestarian lingkungan dan perawatan alam ini harus dikampanyekan dan digaungkan dalam masyarakat lewat berbagai media, termasuk media sosial. Pada 2018 lalu, Dicky mencontohkan, National Geographic sempat mengeluarkan edisi khusus mengenai permasalahan sampah, terutama sampah plastik yang mencemarkan daratan dan lautan kita.
"Dari sini kami menurunkan sebuah pertanyaan untuk memilih antara bumi atau plastik. Dari pertanyaan ini kemudian kami turunkan jadi sebuah kampanye bertajuk Saya Pilih Bumi, karena kita tentu akan pilih bumi," ujar Diky.
Dari kampanye ini, National Geographic kemudian membuat sebuah gerakan (movement) pelestarian lingkungan di masyarakat. Kampanye ini dilakan dengan membuat konten-konten edukasi terkait lingungkan, memberikan edukasi lewat acara-acara offline dan online dengan masyarakat umum, serta berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain untuk membuat gerakan ini menjadi semakin masif, misalnya dengan gerakan bersama membersihkan sampah di acara car free day sembari memberi edukasi pada orang-orang yang ada di sana.
Baca Juga: Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular, Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?
Diky mengatakan kita perlu ingat bahwa sampah kita tidak hanya bisa merusak lingkungan, tapi juga membahayakan kesehatan orang lain dan mencelakakan makhluk hidup lain. Hal ini telah terbukti dengan banyaknya burung dan hewan laut yang mati karena memakan sampah. Oleh karena itu, tegasnya, kita perlu segera membuat perubahan.
"Ketika kita tidak bisa mengelola sampah kita, tidak bisa menguranginya, maka itu akan membahayakan lingkungan dan makhluk hidup lain," pungkasnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR