Seperti dikutip dari IFL Science, perubahan warna ini adalah contoh bagus dari tampilan peringatan aposematik, teknik yang digunakan oleh beragam hewan yang memungkinkan calon predator tahu bahwa ini bukan camilan yang ingin mereka makan. Predator yang nekat memangsa hewan-hewan semacam ini malah bisa celaka karena racun (yang disuntikkan), racun (tertelan), rasa busuk, atau duri yang sulit ditelan akibat memakan hewan-hewan semacam itu.
Dalam kasus gurita cincin biru, mereka tidak main-main. Mereka benar-benar salah satu hewan paling berbahaya di planet ini, karena racun yang sangat berbahaya dari mereka dapat mematikan penyerang atau tangan manusia yang sekadar iseng atau ingin tahu. Racun dari gurita ini disebut tetrodotoxin dan merupakan racun saraf kuat yang bisa berakibat fatal.
Untungnya, gurita ini tidak agresif. Jadi jika Anda memberi gurita ini ruang dan membuatnya merasa terancam, Anda akan baik-baik saja.
Namun jika gurita ini merasa terancam, “gigitannya biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, jadi Anda mungkin tidak tahu bahwa Anda telah digigit sampai semuanya terlambat,” tulis ahli ekologi kelautan Erin Spencer pada sebuah posting tentang gurita cincin biru untuk Ocean Conservancy.
Baca Juga: Keindahan dalam Kebuasan, 70 Orca Memangsa Paus Biru di Tengah Laut
“Pertama, racun menghalangi sinyal saraf ke seluruh tubuh, menyebabkan otot mati rasa. Gejala lain termasuk mual, kehilangan penglihatan atau kebutaan, kehilangan fungsi indera, dan kehilangan keterampilan motorik. Pada akhirnya, hal itu akan menyebabkan kelumpuhan otot --termasuk otot yang dibutuhkan manusia untuk bernapas, yang menyebabkan gangguan pernapasan. Tidak ada obat penawar yang diketahui, tetapi korban dapat diselamatkan jika pernapasan buatan segera berikan."
Tampaknya, pengguna TikTok dengan akun @kaylinmarie21 itu sangat beruntung. Ia tidak disengat oleh gurita cincin biru yang ia pegang dalam kunjungannya ke Pantai Uluwatu di Bali. Video pertemuannya dengan salah satu hewan laut paling mematikan di Bumi itu justru menjadi viral dan ditonton jutaan kali.
Akhirnya, semoga saja turis yang beruntung—karena masih hidup—itu bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini. Walaupun, memang sulit bagi kita untuk membedakan apa saja yang berbahaya dan tidak berbahaya ketika kita berada di wilayah yang asing bagi kita, kita tetap perlu waspada terhadap bahaya satwa liar.
Jangan pernah lengah saat kita berada di manapun. Dan yang terpenting, jangan meremehkan hewan liar hanya dari ukuran tubuhnya.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | IFL Science,Ocean Conservancy |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR