Penamaan nama bunga pada siklon tropis di Indoensia disepakati sejak terbentuknya pusat peringatan dini siklon tropis Jakarta pada 2008. World Meteorogical Organization (WMO) menjelaskan bahwa penamaan ini untuk membantu publik dalam mengidentifikasi kehadiran badai secara cepat. Penamaan ini juga dinilai akan membantu media memberitakkan keberadaan siklon tropis
Selain itu, seorang kepala Budang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca di BMKG pernah ditanya, apa alasan khusus pemilihan nama bunga pada siklon tropis Ia mengatakan pada 2017: "Karena kita pikir bunga itu indah. Dengan tumbuhnya itu kita harapkan bukan kenestapaan tapi keindahan yang kita dapat," katanya kepada CNN Indonesia.
Nama siklon pertama yang berasal dari BMKG ialah Durga, tokoh wayang pada 2009 yang muncul di perairan barat daya Bengkulu. Kemudian nama-nama bunga baru muncul setelahnya. Yakni Anggrek (2010), Bakung (2014), Cempaka (2017), dan Dahlia (2017).
Amerika Serikat juga mempunyai ciri khas saat menamai badai yang terjadi di wilayahnya. Mereka menamakannya dari penduduknya secara acak. Misalnya Harvey dan Irma, dua dari sekian badai yang menimpa Amerika Serikat. Kedua nama ini, diambil dari pasangan suami istri bernama Harvey Schluter dan Irma Schluter.
Aturan WMO menyebutkan, untuk badai yang punya dampak kerusakan yang parah, maka namanya akan dipensiunkan. Hal ini pernah terjadi di Katrina, Amerika Serikat dan Haiyan, Filipina.
Baca Juga: Siklon Tropis Seroja, Biang Keladi Banjir Bandang di Flores Timur NTT
Selain siklon yang bernama bunga, juga ada yang bernama buah. Seperti siklon mangga pada 21 - 24 Mei yang terjadi di perairan Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Bali, dan NTV pada 2020 lalu.
Menurut laman BMKG, melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) keberadaan siklon tropis mangga mengakibatkan pertumbuhan awan hujan. Sehingga daerah-daerah yang di sekitarnya berpotensi hujan lebat dan angin kencang. Selain itu, potensi gelombang laut juga akan lebih tinggi sehingga para nelayan dihimbau untuk waspada dan berhati-hati.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | BMKG,CNN Indonesia |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR