Buah pikiran Kartini dianggap menginspirasi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Tuntutan kesetaraan gender dan persamaan hak-hak perempuan dengan laki-laki, termasuk hak mengenyam pendidikan, kini menjadi lebih vokal disuarakan oleh banyak orang, salah satunya berkat permikiran Kartini.
Perempuan kelahiran Kabupaten Jepara, 21 Januari 1879, itu adalah sosok yang "walk the talk" atau selaras antara perkataan dan perbuatannya. Menginginkan hak-hak yang layak, terutama hak pendidikan, bagi permepuan Indonesia, Kartini mendirikan sekolah khusus perempuan untuk warga pribumi.
Kartini mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Kartini berhasil mendirikan sekolah ini, sebagaimana dilansir KOMPAS.com, berkat dukungnya suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat yang merupakan Bupati Rembang.
Berkat kegigihan Kartini pula, kelak muncul juga Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang pada tahun 1912. Lalu disusul berdirinya sekolah-sekolah serupa di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.
Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di Hindia Belanda. Van Deventer mengaku terkesan dengan tulisan-tulisan Kartini.
Sekolah-sekolah Kartini itu berdiri setelah Kartini wafat. Empat hari pasca melahirkan putra pertama sekaligus terakhirnya, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904 di usia 25 tahun.
Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah. Walaupun Kartini sudah tiada, tulisan-tulisannya tetap berpengaruh hingga hari ini dan kerja menulisnya, seperti kata Pram, telah membuat namanya abadi.
Sesuai dengan ketetapan Presiden RI, Ir. Soekarno, melalui surat No.108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964, sosok R. A. Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Di surat yang sama, Soekarno juga menetapkan peringatan Hari Kartini sebagai hari besar nasional yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Source | : | National Geographic Indonesia,KOMPAS.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR