Nationalgeographic.co.id—Sebagai makhluk daratan, manusia selama berabad-abad menemukan cara bagaimana kita bisa hidup di luar lingkungan tempat kita berpijak, mulai dari laut, udara, hingga luar angkasa.
Perkembangan teknologi laut tak hanya berkembang di permukaannya saja, seperti perahu dan kapal, tapi juga menerobos masuk hingga ke dalam air lewat kapal selam. Bagaimana awal sejarah penemuannya?
Diketahui bahwa konsep kapal selam sudah ada sejak Alexander Agung ketika mengepung Tyre. Lewat lukisan Muslim abad ke-16 digambarkan bahwa raja muda Macedonia itu menggunakan sejenis bel yang muat untuk satu orang untuk mengintai musuh dari kedalaman laut.
Dogen Saban dalam Musluman ilim ansiklopedi (1984) menulis bahwa teknologi serupa juga digunakan oleh Seljuk untuk melawan kesatria Salib dalam pengepungan Akka tahun 1150.
Baca Juga: Kapal Selam Victor Vescovo Pernah Menyelam ke Kedalaman 11.000 Meter
Kemudian di dunia Barat sendiri, kapal selam masih menjadi rancangan sketsa yang masih sederhana. Seksa itu dibuat oleh Leonardo da Vinci tahun 1515 dan William Bourne pada 1578.
Cornelius van Drebel dari Belanda ketika bekerja untuk angkatan laut Inggris tahun 1620, ia berhasil menciptakan kapal selam berbahan kulit dan kayu.
Menurut arsip Kerajaan Inggris, model akhir kapal selam van Drebel dapat membawa 16 penumpang, lalu didemonstrasikan selama tiga jam perjalanan dari Westminister ke Greenwich pulang-pergi.
Kapal selam ini tidak benar-benar menyelam karena masih memanfaatkan dayung yang membuat sebagian badannya masih di atas permukaan.
Kemudian dalam laporan Muslim Heritage, seorang arsitek bernama Ibrahim Efendi dari Kesultanan Ottoman menciptakan rancangan kapal selam yang disebut Tahtelbahir (Bahasa Arab: bawah laut) yang mirip buaya. Rancangan adalah permintaan Sayid Vehbi untuk membuat Sultan Ahmed III (1673-1736) terpukau di upacara sunat putranya.
Baca Juga: KRI Nanggala Terbelah Tiga, Sekuat Apa Tekanan Air Kedalaman 838 M?
Dalam demonstrasi yang dilakukan 1 Oktober 1720 itu, kapal selam yang menyerupai buaya muncul di air dan bergereka perlahan ke arah Sultan selama setengah jam. Lalu menyelam kembali selama setengah jam, dan muncul di hadapan publik.
Demonstrasi itu mengejutkan masyarakat, karena lewat mulut 'buaya' itu muncul lima orang berjalan keluar. Lima orang ini membawa nampan nasi dan zerde (hidangan khas Ottoman) di atas kepalanya.
Beberapa dekade berikutnya, tepatnya pada masa revolusi kemerdekaan Amerika Serikat, tercatat sebagai penggunaan kapal selam pertama untuk pertempuran modern. Lewat kapal selam bernama Turtle, kelompok revolusioner mengirimkan bom waktu ke kapal Eagle milik Laksamana Richard Howe pada 7 September 1776.
Pengembangan dari model van Drebel ini dilakukan oleh David Bushnell dari Yale University, dan purwarupanya disumbangkan ke para pejuang kemerdekaan sekitar 1775.
Baca Juga: Superyacht Besar Meremas Kanal-Kanal Belanda yang Sempit
Melansir dari History, Turtle digunakan untuk pengeboman kapal Inggris lainnya di Sungai Hudson. Nahasnya, misi itu selalu gagal karena keahlian yang minim oleh operator.
Kemampuan pengendalian yang rumit sebenarnya hanya diketahui Bushnell, tetapi karena fisiknya yang kian memburuk, kendali yang dilakukan juga tak optimal.
Dalam pertmpuran Fort Lee, Turtle hilang setelah perahu pengangkutnya ditenggelamkan Inggris.
Meski kerap gagal di tiap pertempuran, inovasi Bushnell membuatnya dapat penganugerahan dari George Washington. Setelah perang usai, ia menjadi komandan teknisi tentara Amerika Serikat di West Point.
Pada abad selanjutnya, kapal selam di berbagai negara mengalami perkembangan pesat, khususnya bertujuan sebagai perangkat perang. Perekembangan itu dilakukan oleh angkatan laut Prancis dengan Nautilus pada 1800 yang masih bertenaga manusia.
Tenaga mesin baru digunakan pertama kali oleh angkatan laut Prancis pada 1863, di kapal selam Plongeur.
Melansir Global Security, kapal selam itu dilengkapi mesin yang menggunakan udara bertekanan dari 23 tangki. Kapal selam ini pun masih susah dikendalikan, dan kecepatannya manuvernya masih buruk.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | thought.co,History,sumber lain |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR