Nationalgeographic.co.id—Seekor lumba-lumba terdampar di tambak bandeng milik warga di Desa Marranu, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros pada Kamis, 29 April 2021 lalu.
Setelah mendapat laporan warga, tim gabungan BPSPL Makassar (KKP), BBKSDA Sukselbar (KLHK), dan Dinas Pemadam Kebakaran Kab meninjau ke lokasi pada malam hari pukul 9 waktu setempat. Setelah dilihat, lumba-lumba itu aktif dan posisinya menghadap pintu air dan muncul dipermukaan.
Rencananya saat itu akan dilakukan evakuasi, namun karena kondisi yang tidak memungkinkan terpaksa ditunda keesokan harinya.
"Rencana mau evakuasi. Cuma kondisinya tidak memungkinkan karena sedang suru. Posisi tambak bersebelahan dengan saluran sungai yang aksesnya langsung ke sungai besar yang terhubung ke pantai. Akhirnya kami lakukan besok." kata Muhammad Rizal, Staff Fungsional Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir BPSPL Makassar kepada National Geographic Indonesia.
Tim memprediksi air sungai akan pasang mulai pukul tujuh pagi ke atas. Mereka pun sampai pukul setengah delapan. Di sana sudah banyak warga yang berkunjung karena penasaran. Sama persis pada hari sebelumnya, dimana warga "bermain" dengan lumba-lumba dan viral di media sosial.
Tim melakukan empat sampai lima kali percobaan saat evakuasi. Mereka berusaha untuk tidak mengganggu bagian sirip dan kepala dan mengangkatnya dengan tanduh.
"Pertama kita coba giring ke pintu air baru pasang tanduh tapi berontak. Ketika lumba-lumba berontak kita lepas. Yaudah lah kita pasang dengan tanduh di areal tambak gausah sampai ujung. itu sampai 4-5 kali percobaan. Yang susah itu saat pemasangan sirip dada, kan tanduh itu ada lubang khusus untuk sirip dada. Nah akhirnya berhasil langsung kami angkat, dipindahkan menuju ke kapal. Dari kapal kami angkut sampai ke laut," kata Rizal.
Total proses evakuasi sampai pelepasan ke laut pun membutuhkan waktu dua jam.
Soal bagaimana lumba-lumba itu bisa berada di tambak, Rizal mengatakan ada banyak kemungkinan. Ia tidak bisa menyebutkan penyebabnya dan hanya bisa menduga.
"Mungkin ada rombongan lumba-luma sedang mencari makan. Dan akhirnya masuk ke muara sungai dan nyasar ke tambak warga. Itu yang saya tidak tahu karena warga melaporkan lumba-lumba sudah ada di situ. Apakah lumba-lumba itu lompat dari anakan sungai ke tambak saya tidak tahu. Saya belum menanyakan lebih detil," ucap Rizal.
Baca Juga: Invasi Cacing Ular di 15 Negara Bagian AS Bikin Para Ilmuwan Khawatir
Melalui ciri fisik yang dilihat, lumba-lumba itu memiliki panjang sekitar 2,3 meter dengan warna tubuh bawahnya tanpa bercak atau polos dan berkelamin jantan menurut Rizal. Tim menyimpulkan bahwa itu adalah jenis Steno bredanensis atau lumba-lumba gigi kasar.
Namun peneliti lumba-lumba dari Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) bernama Danielle Kreb mengatakan bahwa itu adalah jenis Tursiops aduncus atau lumba-lumba hidung botol indo-pasifik.
"Ini lumba-lumba gigi kasar yang saya foto di Berau," Danielle menunjukan foto kepada National Geographic Indonesia. "Transisi kepala ke mulut lebih landai dibanding Tursiops yang lebih jelas melon."
"Kalau mulut agak panjang itu ciri membedakan Tursiops aduncus (lumba-lumba hidung botol indo-pasifik) dengan Tursiops truncatus (lumba-lumba hidung botol umum). Saya melihat dari bentuk muka dan mulut, ini aduncus dan mulutnya agak ke atas," lanjutnya.
Tursiops aduncus adalah spesies yang memiliki habitat di daerah pesisir dan pulau. Beberapa makanannya seperti ikan tembang, ikan layang, cumi, dan lainnya.
Source | : | Wawancara Muhammad Rizal,Wawancara Danielle Kreb |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR