Menurut dinas pertamanan, sebuah pohon yang masih terus membara sendirian ini terisolasi dan tidak menimbulkan bahaya bagi lingkungan atau pengunjung taman. Namun begitu, fakta bahwa efek api yang jelas masih ada bahkan berbulan-bulan kemudian itu "menunjukkan betapa keringnya taman itu," ujar Leif Mathiesen, ahli dari Sequoia and Kings Canyon National Parks, dalam berita AFP.
"Dengan jumlah salju dan hujan yang rendah tahun ini, mungkin ada penemuan tambahan saat musim semi beralih ke musim panas," katanya, memperingatkan potensi untuk menemukan pohon-pohon lain dalam kondisi serupa.
Amerika Serikat bagian barat mengalami musim kebakaran yang sangat brutal pada tahun 2020 karena mereka menghadapi kekeringan kronis yang diperburuk oleh efek perubahan iklim. Akibat kebakaran tersebut, setidaknya 33 orang ditemukan tewas.
Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak akibat Sambaran Petir di Negara-negara Tropis
Pihak berwenang khawatir kebakaran semacam itu akan terulang tahun ini dan mereka juga sudah mulai bersiap atas potensi bencana tersebut karena kondisi kekeringan terus berlanjut. Pohon-pohon sequoia raksasa tua yang tersisa dan masih tumbuh di wilayah yang kering tersebut kembali dapat terancam oleh lalapan api. Menurut National Park Service.
sequoia raksasa sendiri adalah pohon terbesar di dunia dan dapat hidup hingga 3.400 tahun.
Sebelumnya, para pejabat California telah mengumumkan bahwa kebakaran tahun 2020 di California telah menghanguskan lahan 4 juta hektare. Ini adalah rekor kebarakan terluas yang pernah dicatat Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California atau Cal Fire yang didirikan pada 1933. Angka itu dua kali lipat lebih besar dari rekor kebakaran hutan dalam satu tahun yang pernah tercatat di California sebelumnya.
"Angka 4 juta itu tak terduga. Ini mengejutkan dan membuat Anda terengah-engah," kata Juru Bicara Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California, Scott McLean, dikutip dari AP News.
Selain menghanguskan jutaan hektare lahan, kebakaran ini juga telah menghancurkan lebih dari 8.400 bangunan. Kebakaran dahsyat itu juga menakibatkan kualitas udara memburuk dan menimpbulkan asap tebal, sehingga menutupi sinar matahari dalam beberap hari.
Bulan lalu, gelombang panas tak henti-hentinya melanda negara bagian Amerika Serikat itu yang memicu kebakaran dan polusi udara, bahkan hingga masuk ke dalam ruangan. Sejumlah penelitian telah mengaitkan kebakaran hutan yang lebih besar di AS dengan perubahan iklim akibat pembakaran batu bara, minyak, dan gas.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah membuat California jauh lebih kering sehingga membuat pepohonan dan tanaman lebih mudah terbakar. Kondisi yang begitu kering di California ditambah banyaknya petir kencang yang menyambar pohon-pohon tinggi di sana dapat seketika menyebabkan kebakaran yang meluas menjadi besar.
Baca Juga: Penggundulan Hutan untuk Sawit di Indonesia Turun, tapi Banyak Catatan
Source | : | Science Alert,AFP,AP News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR