"Awalnya, kami melihat sinyal OH dan HO2 besar yang ditemukan di awan dan bertanya, apa yang salah dengan instrumen kami?" ujar William Brune, ahli meteorologi dari Penn State University, dilansir Science Alert.
"Kami berasumsi ada gangguan di instrumen, jadi kami menghapus sinyal besar dari kumpulan data dan menyimpannya untuk dipelajari nanti."
Data tahun 2012 ini diambil dari pesawat pemburu badai milik NASA yang terbang di atas Colorado dan Oklahoma. Pesawat iyu mengukur landasan (atau bagian atas) awan badai.
Analisis terbaru, ditambah data yang dikumpulkan di lapangan pada waktu yang sama, menunjukkan bahwa petir memang menghasilkan oksidan-oksidan tingkat tinggi ini. Serangkaian simulasi laboratorium juga mendukung gagasan bahwa petir yang terlihat dan muatan listrik yang tak terlihat di udara dapat menghasilkan radikal hidroksil dan hidroperoksil dalam jumlah yang ekstrem.
Baca Juga: Sebuah Pohon Masih Terus Membara sejak Kebakaran Hutan California 2020
Namun begitu, para peneliti mendeteksi sedikit atau tidak ada tambahan oksida nitrat dan ozon di udara yang dihasilkan dari jenis petir yang benar-benar dapat Anda lihat di langit. Hasil laboratorium juga tidak bisa mendeteksi dengan pasti molekul-molekul ini.
Perlu kita ketahui, sebagian besar petir tidak pernah menghantam tanah, tapi memicu banyak reaksi kimia di awan. Saat ini, hidroksil dan hidroperoksil yang dihasilkan oleh petir masih belum dimasukkan ke dalam pemodelan atmosfer, suatu kelalaian yang mungkin signifikan.
Source | : | Science Alert,Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR