Meriam seberat 36 pin ditembakkan melalui palka di sepanjang sisinya (meriam tunggal tambahan dipasang di mulut kepaka naga),
Salah satu bakat Yi Sun-Shin adalah dia mengantisipasi bahwa musuh-musuhnya pada akhirnya akan menyesuaikan strategi perang mereka. Akhirnya kapal-kapal Jepang memasang lebih banyak meriam.
Namun Yi Sun-Shin selalu melangkah lebih jauh, ia mengadopsi strategi "saling berpengangan pada ekor" ini memungkinkan setiap kapal yang membawa senjata mengarahkan target yang sama dan melewatinya secara bergantian. Ia juga menerapkan taktik "mernarik ikan ke dalam jaring" yakni pura-pura mundur untuk menarik seluruh armada musuh ke dalam posisi mereka untuk menyerang.
Setelah kematiannya pada 1598, Yi Sun-Shin diberi julukan Chungmu-gong atau Penguasa Kesetiaan dan Ksatria. Ini tidak hanya untuk kecakapan militernya, tapi juga untuk kepatuhan pada standar tertinggi dari "tiga hal penting bagi pejuang": kerendahan hati, daya pengamatan, dan keberanian.
Yi Sun-Shin tidak hanya mempertahankan kemerdekaan Korea, tetapi membantu mengatur jalannya sejarah Asia Timur untuk generasi selanjutnya.
Seandainya Toyotomi Hideyoshi mencapai tujuannya untuk menaklukkan Korea dan Kekaisaran Ming Cina, mungkin akan merubah sebagian besar sejarah dunia.
Baca Juga: Jimat Belati Kuno dari Zaman Besi Ditemukan di Rumah Tua Skotlandia
Source | : | Admiral Yi Sun-Shin, The Turtle Ships, and Modern Asia Histo |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR