Nationalgeographic.co.id—Spesies krustasea "raksasa' yang bentuk tubuhnya mirip udang ditemukan di laut dalam. Krustasea pemakan bangkai ini diberi nama ilmiah Eurythenes atacamensis.
E. atacamensis adalah amphipod, sejenis krustasea yang berkerabat dekat dengan udang, endemik di Palung Peru-Chile yang juga dikenal sebagai Palung Atacama. "Berukuran lebih dari 8 sentimeter (3 inci), hampir dua kali ukuran kerabat terdekatnya, menjadikannya sebagai raksasa," tulis Johanna Weston di The Conversation. Weston adalah kandidat PhD bidang ilmu kelautan di School of Natural and Environmental Sciences, Newcastle University.
Spesies ini bisa hidup di kedalaman laut dengan rentang vertikal yang luas. Individu remaja dan dewasa spesies ini dapat ditemukan di palung antara kedalaman 4.974 hingga 8.081 meter. Lokasi ditemukannya spesies termasuk titik terdalam di Palung Atacama, yang dikenal sebagai Richard's Deep.
Spesies ini adalah salah satu hewan yang paling banyak di temukan dalam komunitas palung tersebut, bergabung dengan trio ikan siput dan isopoda seperti laba-laba berkaki panjang. Sebagai pemakan bangkai, amphipod ini memainkan peran penting dalam jaring makanan dengan mencegat dan mendistribusikan kembali makanan yang tenggelam dari atas.
"Mereka dengan cepat mendeteksi dan memakan bangkai baru, seperti umpan mackerel yang kami gunakan untuk membujuk individu agar masuk ke dalam perangkap. Sayangnya, mereka juga bisa menelan mikroplastik secara tidak sengaja," tulis Weston.
Rumah mereka adalah salah satu dari 35 palung yang mencapai kedalaman hadal. Hadal adalah zona bentik dan palung lautan, dengan kedalaman antara 6.000-10.000 meter.
"Palung ini terbentuk oleh proses geologi yang disebut subduksi (di mana satu lempeng tektonik dipaksa di bawah yang lain menyebabkan dasar laut dengan cepat terjun). Volume Palung Atacama hampir sama dengan pegunungan Andes yang berdekatan, juga diciptakan oleh zona subduksi tektonik," papar Weston.
Baca Juga: Studi: Otak Udang dan Serangga Ternyata Memiliki Banyak Kemiripan
Dibandingkan dengan kondisi di permukaan, lingkungan hadal (atau laut dalam) tampak ekstrem. Lingkungan gelap gulita dengan suhu air bervariasi antara 1 derajat Celsius dan 4 derajat Celsius di titik terdalam.
Tekanan hidrostatik pada kedalaman hadal berkisar antara 600 hingga 1.100 atmosfer. Tekanan ini setara dengan menempatkan satu ton benda di ujung jari Anda.
Namun lingkungan ekstrem ini sepenuhnya normal bagi organisme yang hidup di sana. Penduduk zona hadal memiliki serangkaian adaptasi biokimia, morfologi dan perilaku yang memungkinkan mereka berkembang di palung tersbeut.
"Mempelajari ekosistem ini bukanlah tugas yang mudah – itulah sebabnya zona hadal kurang dipelajari dibandingkan dengan bagian laut yang lebih dangkal," kata Weston dalam tulisannya.
Pada tahun 2018 dua ekspedisi penelitian internasional berfokus pada bagian selatan Palung Atacama. Para ilmuwan pertama kali berangkat dengan kapal Chile, RV Cabo de Hornos, untuk mempelajari bagian terdalam dari palung tersebut, Richard's Deep, sebagai bagian dari ekspedisi Atacamex.
Sebulan kemudian, para ilmuwan di kapal Jerman, RV Sonne, mempelajari ekosistem palung yang lebih luas. Mereka mengambil sampel dari 2.500 meter ke Richard's Deep.
Selama ekspedisi, kapal selam tak berawak yang disebut kapal pendarat dikerahkan. Kapal pendarat dilengkapi dengan peralatan pencitraan laut dalam yang kuat dan perangkap berumpan untuk membawa hewan untuk diperiksa lebih dekat.
Baca Juga: Spesies Berang-berang Raksasa yang Dianggap Sudah Punah Muncul Kembali
Kedua ekspedisi itu sukses dan mengumpulkan ratusan jam rekaman dan ribuan amphipoda, termasuk E. atacamensis. Mereka juga menemukan serta spesies baru ikan siput yang dijuluki "Little Purple Lovely" sampai nama ilmiah resminya diputuskan.
Setelah spesimen diangkut ke darat, pekerjaan mendetail untuk menyortir, mengukur, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan spesies baru dimulai. E. atacamensis adalah anggota dari genus laut dalam (Eurythenes), yang terkenal sebagai spesiasi samar. Dengan kata lain, nama ini diberikan para ilmuan kepada spesies laut dalam ketika mereka sulit untuk membedakan satu spesies tersebut dengan spesies lainnya secara visual.
Mulanya spesies krustasea itu diidentifikasi sebagai E. gryllus. "Dengan spesimen baru 2018, kami memperhitungkan spesiasi samar dengan menerapkan pendekatan taksonomi integratif –memasangkan morfologi tradisional (studi terperinci tentang bentuk organisme) dengan kode batang DNA. Penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa itu sebenarnya adalah spesies yang berbeda dan belum terdeskripsikan," tulis Weston.
Baca Juga: Anglerfish, Ikan Laut Dalam yang Menyeramkan, Muncul Ke Pantai
"Proses taksonomi ini membantu kami mengkategorikan organisme sehingga kami dapat lebih mudah mengomunikasikan informasi biologis. Bersama-sama, penilaian visual dan genetika yang mendetail memberi kami hasil yang jelas bahwa E. atacamensis adalah spesies baru," katanya lagi.
Menurut Weston, penemuan ini adalah bagian lain dari teka-teki untuk memahami dunia tempat kita hidup dan interaksi halus antara organisme dan lingkungannya. Ini membantu kita memahami bagaimana kehidupan tumbuh subur di bagian terdalam lautan, di bawah kondisi yang tampaknya mustahil bagi mamalia darat seperti kita.
"Ini juga memberi kita gambaran sekilas tentang zona hadal – bukan habitat ekstrem yang kehilangan kehidupan, tetapi yang dipenuhi dengan keanekaragaman hayati yang luar biasa," tulis Weston.
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR