Nationalgeographic.co.id - Peradaban Mesir Kuno selalu meninggalkan banyak misteri dan perbincangan menarik di dunia arkeologi. Selain mumi, peradaban Mesir Kuno meninggalkan beberapa penemuan seperti patung besar Sphinx hingga Piramida Giza. Berbicara mengenai mumi dari Mesir Kuno, peneliti menjadi bersemangat untuk mencari informasi, menggali, mengidentifikasi, hingga menemukan jawaban dari kemajuan peradaban Mesir Kuno.
Saat ini, peneliti terus mencari rahasia tersembunyi dalam pembalseman mumi. Bagaimana peradaban Mesir Kuno mampu menghasilkan ramuan untuk mengawetkan mumi hingga mampu bertahan jutaan tahun lamanya?
Pertanyaan demi pertanyaan perlahan terjawab ketika ditemukannya manuskrip Papirus Louvre Carlsberg. Manuskrip Papirus Louvre Carlsberg yang sudah berusia 3.500 tahun merupakan sebuah panduan untuk proses mumifikasi.
Dilansir dari livescience.com, Sofie Schiødt, asisten peneliti dari Departemen Studi Lintas Budaya dan Regional Universitas Kopenhagen adalah seseorang yang sukses mengungkap isi manuskrip Papirus Louvre Carlsberg.
Menurut Sofie Schiødt, pemberian nama Papirus Louvre Carlsberg dikarenakan papirus tersebut berada di Museum Louvre, Paris. Sedangkan setengah bagian dari Papirus Carlsberg Collection berada di University of Copenhagen, Denmark.
"Teksnya lebih menyerupai catatan untuk membantu ingatan, karena pemiliknya merupakan spesialis yang perlu diingatkan tentang detail resep salep dan penggunaan berbagai jenis perban." Demikian jelas Sofie Schiød.
Sofie Schiød menemukan banyak informasi mengenai ritual pembalseman yang sangat bermanfaat, seperti cara membuat obat herbal dan menggunakan pembungkus linen merah untuk mengurangi pembengkakan wajah yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Lebih lanjut, Sofie Schiød mengatakan bahwa manuskrip Papirus Louvre Carlsberg berisikan cara pembalseman mumi yang berbeda. Di dalam manuskrip Papirus Louvre Carlsberg terdapat bahan-bahan yang terdiri dari zat aromatik nabati dan bahan pengikat untuk dimasak menjadi cairan. Zat aromatik inilah yang kemudian menjadi pelapis kain linen merah. Langkah selanjutnya adalah mengoleskan zat aromatik ke wajah orang yang meninggal lalu dibungkus menggunakan kain linen merah yang sama.
“Mumi dibawa dalam prosesi ritual. Sepanjang proses untuk merayakan kemajuan pemulihan integritas tubuh almarhum. Total ada tujuh belas prosesi yang dilakukan selama proses pembalseman. Dan setiap empat hari sekali, tubuh ditutup dengan kain dan jerami yang dicelupkan ke dalam zat aromatik untuk mengusir serangga dan pemulung,” jelas Sofie Schidt.
Meski belum diidentifikasikan lebih lanjut, para ahli Mesir Kuno sudah memeriksa mumi dari periode manuskrip Papirus Louvre Carlsberg ditulis. Wajah para mumi ditutup dengan kain linen merah. Menurut peneliti, ada kecocokan antara penemuan mumi dan manuskrip Papirus Louvre Carlsberg.
Papirus sepanjang enam meter tersebut diperkirakan berasal dari tahun 1450 SM. Hal ini berarti manuskrip Papirus Louvre Carlsberg menjadi teks mumifikasi paling tua seribu tahun dari teks pembalseman mumi terdahulu. Sebagian besar Papirus Louvre-Carlsberg yang merupakan papirus medis terpanjang kedua di Mesir kuno, berkaitan dengan tanaman obat dan penyakit kulit.
Papirus ini secara khusus berisikan catatan tertua mengenai herbal, lalu memberikan penjelasan tentang bentuk, habitat, kegunaan, serta pentingnya sebuah tanaman beserta benihnya.
"Banyak uraian tentang teknik pembalseman yang kami temukan dalam papirus ini telah terlewatkan oleh dua manual selanjutnya, dan ini uraiannya sangat rinci," kata Schiødt.
Pada peradaban Mesir Kuno, pembalseman dianggap sebagai seni yang suci, tetapi masih sedikit sekali pembahasannya. Para peneliti percaya bahwa mumifikasi ditularkan secara lisan dari satu pembalsem ke pembalsem lainnya, sehingga bukti tertulis sangat langka untuk ditemukan.
Berdasarkan manuskrip Papirus Louvre Carlsberg, proses mumifikasi berlangsung selama 70 hari. Dengan total 70 hari, proses mumifikasi dibagi menjadi dua proses, yaitu 35 hari pertama merupakan proses pengeringan. Setelah proses pembersihan tubuh, mengangkat organ, otak dan mata diberikan cairan bernama natron. Lalu 35 hari berikutnya dikhususkan untuk membungkus almarhum dengan perban dan zat aromatik. Proses tidak berhenti hanya di situ saja, selanjutnya almarhum ditempatkan dalam peti mati. Pada hari-hari terakhir, dilakukan berbagai ritual untuk menikmati keberadaannya di akhirat.
Melihat masih banyak penemuan Mesir Kuno tentang mumi yang masih belum terungkap, para ahli terus melakukan pencarian demi memahami dan melihat peradaban Mesir Kuno.
Source | : | livescience.com,Historical Eve |
Penulis | : | Bella Jingga Ardilla |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR