Peta Piri Reis baru ditemukan kembali pada 1929 oleh Halil Edhem di ruang bawah tanah istana Turki. Saat ditemukan hanya sebagian fragmen yang bertahan yang menggambarkan Samudera Atlantik. Setelah itu, peta akurat ini hanya dianggap artefak sejarah yang belum diteliti lebih lanjut.
Melansir Express, pengarang buku Erich von Daniken berpendapat bahwa keakuratan peta Piri Reis karena digambarkan lewat luar angkasa. Saat itu teknologi tak begitu berkembang di Barat, dan adalah hal yang mungkin bila peta itu dibuat lewat kekuatan alien.
Penelitian pertama dilakukan oleh Charles Hapgood pada 1965 dari University of New Hampshire bersama tim. Mereka mengamati gambar peta garis pantai Antartika yang ternyata dipetakan tanpa selubung es.
Baca Juga: 'Peta Kehidupan' Baru: Indonesia Punya Banyak Hewan Tak Dikenal
Hapgood berpendapat bahwa peta ini menggunakan teknik Mercator Projection yang menjadi alasan keakuratannya. Tetapi, teknik ini belum pernah digunakan oleh siapapun sampai 1569, dan menjadi anomali melanggar hukum waktu sejarah.
Untuk hal yang lebih masuk akal, Hapgood menyimpulkan bahwa peta Piri Reis bersumber dari catatan pelaut-pelaut kuno yang telah memetakan pantai Antartika, jauh sebelum daratan itu membeku 6.000 tahun yang lalu.
Dia menyatakan penggambaran topografi garis pantai tampak begitu akurat sehingga masyarakat maju apa pun yang membuat peta pasti memiliki semacam kemampuan pemetaan udara. Hapgood yakin kalau Piri Reis pasti menggunakan salah satu peta kuno ini untuk membuat petanya sendiri, tetapi tidak menulis sumbernya.
Baca Juga: Lima Penemuan Muslim yang Paling Penting dalam Sejarah Manusia
Source | : | The Vintage News,express.co.id,sumber lain |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR