Nationalgeographic.co.id - Ahmed Muhiddin Piri, atau yang dikenal sebagai Piri Reis, merupakan seorang laksamana angkatan laut Kesultanan Ottoman abad ke-16. Ia memiliki keahlian di bidang navigasi, geografi, dan menjadi kartografer.
Pada 1513, Piri membuat peta yang menarik perhatian bagi para ilmuwan, lantaran menyertakan keterangan berlebih, dan akurat. Lewat peta yang dibuat di atas kulit ruas itu, ia menyertakan Kepulauan di Atlantik, dan dunia Timur seperti Jepang.
Namun, hal yang menarik bagi sejarawan adalah tahun 1513 itu juga menyertakan sebuah daratan besar di selatan Afrika, yang kita kita ketahui kini sebagai Antartika. Padahal dunia Barat sendiri baru menemukan Antartika pada 1773 lewat perjalanan yang dilakukan James Cook dari Inggris.
Peta Piri Reis baru ditemukan kembali pada 1929 oleh Halil Edhem di ruang bawah tanah istana Turki. Saat ditemukan hanya sebagian fragmen yang bertahan yang menggambarkan Samudera Atlantik. Setelah itu, peta akurat ini hanya dianggap artefak sejarah yang belum diteliti lebih lanjut.
Melansir Express, pengarang buku Erich von Daniken berpendapat bahwa keakuratan peta Piri Reis karena digambarkan lewat luar angkasa. Saat itu teknologi tak begitu berkembang di Barat, dan adalah hal yang mungkin bila peta itu dibuat lewat kekuatan alien.
Penelitian pertama dilakukan oleh Charles Hapgood pada 1965 dari University of New Hampshire bersama tim. Mereka mengamati gambar peta garis pantai Antartika yang ternyata dipetakan tanpa selubung es.
Baca Juga: 'Peta Kehidupan' Baru: Indonesia Punya Banyak Hewan Tak Dikenal
Hapgood berpendapat bahwa peta ini menggunakan teknik Mercator Projection yang menjadi alasan keakuratannya. Tetapi, teknik ini belum pernah digunakan oleh siapapun sampai 1569, dan menjadi anomali melanggar hukum waktu sejarah.
Untuk hal yang lebih masuk akal, Hapgood menyimpulkan bahwa peta Piri Reis bersumber dari catatan pelaut-pelaut kuno yang telah memetakan pantai Antartika, jauh sebelum daratan itu membeku 6.000 tahun yang lalu.
Dia menyatakan penggambaran topografi garis pantai tampak begitu akurat sehingga masyarakat maju apa pun yang membuat peta pasti memiliki semacam kemampuan pemetaan udara. Hapgood yakin kalau Piri Reis pasti menggunakan salah satu peta kuno ini untuk membuat petanya sendiri, tetapi tidak menulis sumbernya.
Baca Juga: Lima Penemuan Muslim yang Paling Penting dalam Sejarah Manusia
Menilik kabar The Vintage News, alih-alih berpendapat peta Piri Reis menggambarkan Antartika, beberapa peneliti lebih berpendapat itu adalah garis pantai Amerika Selatan yang tak muat digambarkan olehnya.
Daratan yang terhubung dengan Amerika Selatan itu justru merupakan gambar terdetail atas bagian paling selatan benua.
Sedangkan menurut William A.R Richardson di jurnal The International Journal for the History of Cartography yang dipublikasikan Mei 2010, kawasan itu belum pernah dipetakan dan dikunjungi peradaban Barat, sebelum Ferdinand Magellan pada 1520-an.
Hipotesis lain berpendapat bahwa peta yang menjorok di selatan itu adalah kawasan terdekat ke Afrika dari Brazil. Sedangkan bagian utara dari peta Piri Reis adalah kepulauan Amerika Tengah yang masih dianggap daratan besar.
Benarkah karena alien atau catatan peradaban kuno sebelum Antartika membeku, atau Piri Reis kehabisan tempat untuk menggambarkan Amerika Selatan? Para ilmuwan masih belum menemukan jawaban jelas atas misteri peta itu.
Baca Juga: Leonardo da Vinci Ubah Pemetaan dari Seni Menjadi Sains
Piri Reis sendiri menulis dalam buku Kitabi Bahriye (Buku Bahari .terj) yang Piri Reis sendiri tulis, mengaku bahwa ia tak pernah berlayar ke Atlantik. Penyusunan peta yang dibuatnya berdasarkan gabungan puluhan peta asal Arab, Yunani, Tiongkok, India, Portugis, dan Spanyol.
Dia juga mengadopsi peta yang dibuat Christopher Colombus. Hal ini ditulis oleh Sevim Tekeli dalam The Map of America by Piri Reis, bahwa kesalahan Colombus juga tertuang dalam peta Piri Reis, seperti Kuba yang dianggap sebagai semenanjung benua.
Terlepas dari petanya yang misterius, buku yang dibuat Piri Reis ternyat berkontribusi besar pagi ilmu geografi dan navigasi di masa selanjutnya.
Kendati demikian, ia harus dihukum mati pada 1554 karena menolak mendukung Gubernur Basra dalam pertarungan melawan Portugis di Teluk Persia. Namanya kini digunakan dalam beberapa kapal di Turki.
Baca Juga: Spionase, Peta Rahasia, dan Pencarian Kekuasaan di Eropa Abad Ke-16
Source | : | The Vintage News,express.co.id,sumber lain |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR