Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa seekor orang utan sumatra tampaknya mengobati lukanya dengan obat dari tanaman obat tropis. Ini adalah contoh terbaru tentang bagaimana beberapa seekor hewan berupaya menyembuhkan penyakit mereka sendiri dengan obat yang ditemukan di alam liar, salah satu bentuk mukjizat alam.
Para ilmuwan telah melaporkan kejadian kearifan hewan ini di sebuah makalah studi bertajuk "Active self-treatment of a facial wound with a biologically active plant by a male Sumatran orangutan". Makalah ini baru saja terbit di jurnal Scientific Reports pada 2 Mei 2024.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan mengamati seekor orang utan sumatra bernama Rakus sedang memetik dan mengunyah daun tanaman obat. Tanaman obat itu juga biasa digunakan oleh masyarakat di seluruh Asia Tenggara untuk mengobati nyeri dan peradangan.
Orang utan jantan dewasa tersebut kemudian menggunakan jari-jarinya untuk mengoleskan sari tanaman tersebut pada luka di pipi kanan. Setelah itu, dia menekan tanaman yang sudah dikunyah itu untuk menutupi luka terbuka seperti perban darurat.
Penelitian sebelumnya telah mendokumentasikan beberapa spesies kera besar yang mencari obat-obatan di hutan untuk menyembuhkan diri mereka sendiri. Namun para ilmuwan belum pernah melihat seekor hewan mengobati dirinya sendiri dengan cara seperti itu.
“Ini adalah pertama kalinya kami mengamati hewan liar mengoleskan tanaman obat yang cukup ampuh langsung ke lukanya,” kata rekan penulis Isabelle Laumer, ahli biologi di Max Planck Institute of Animal Behavior di Konstanz, Jerman, seperti diberitakan Associated Press.
Perilaku menarik orang utan ini tercatat pada tahun 2022 oleh Ulil Azhari, rekan penulis dan peneliti lapangan di Proyek Suaq di Medan, Indonesia. Foto-foto menunjukkan luka hewan itu tertutup dalam waktu satu bulan tanpa masalah.
Para ilmuwan telah mengamati orang utan sumatra di Taman Nasional Gunung Leuser di Indonesia sejak tahun 1994. Namun mereka belum pernah melihat perilaku ini sebelumnya.
“Ini adalah observasi tunggal,” kata Jacobus de Roode, ahli biologi dari Emory University yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Namun sering kali kita belajar tentang perilaku baru dengan memulai dari satu observasi.”
“Kemungkinan besar ini adalah pengobatan mandiri,” kata de Roode seraya menambahkan bahwa orang utan hanya mengoleskan tanaman tersebut pada lukanya dan tidak pada bagian tubuh lainnya.
Ada kemungkinan Rakus mempelajari teknik ini dari orang utan lain yang tinggal di luar taman nasional dan jauh dari pengawasan sehari-hari para ilmuwan, kata rekan penulis Caroline Schuppli di Max Planck.
Selidik Ilmiah: Kejadian Langka, Kenapa Ikan Anglerfish Naik ke Permukaan Laut?
Source | : | Associated Press,Scientific Reports |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR