Akan tetapi membangun kembali kuil besar Aten adalah tugas yang menakutkan, jauh di luar kemampuan Chevrier pada saat itu. Arkeolog kemudian memerintahkan untuk menyimpan ribuan talatat, banyak di antaranya di atas platform pemuatan kayu, tanpa perlindungan apa pun.
Batu-batu itu dikumpulkan tanpa mencatat posisi aslinya, secara acak dan sangat memperumit kemungkinan perakitan mereka di masa depan. Selama tahun-tahun berikutnya lebih banyak talatat muncul, tetapi mereka hanya disimpan bersama dengan yang lain. Banyak yang secara misterius meninggalkan Mesir dan muncul kembali di koleksi pribadi dan museum di seluruh dunia.
Pada tahun 1965, seorang diplomat Amerika yang menyukai Egyptology, Ray Winfield Smith mengusulkan penggunaan fotografi skala untuk mencoba memecahkan teka-teki yang mewakili 100.000 keping dan telah ditemukan dari antara dinding, pondasi tiang dan struktur di Karnak. Dengan dukungan otoritas Mesir, Winfield juga memprakarsai Proyek Kuil Akhenaten, yang disponsori oleh Museum Universitas Pennsylvania.
Baca Juga: Selidik Kehidupan Sang Pionir Pembaharu Mesir, Firaun Akhenaten
Idenya adalah untuk mengambil ribuan foto balok dan mencoba menemukan posisi yang tepat dari setiap bagian untuk merekonstruksi model bangunan aslinya. Sebuah teka-teki yang nyata.
Pada tahun 1972, proyek ini dipimpin oleh Egyptologist Kanada Donald Redford. Sampai saat ini, ribuan talatat telah dicocokkan dan banyak gambar yang diwakili di dalamnya telah menjadi hidup.
Adegan kehidupan sehari-hari yang menunjukkan pekerja dan petani melakukan tugas mereka, juga gerobak dengan kuda, representasi upacara dan keluarga kerajaan membuat persembahan kepada dewa, dan bahkan adegan dari Sed atau festival Yobel pertama Akhenaten, yang dilakukan Firaun antara tahun ketiga dan kelima pemerintahannya.
Namun siapa yang mengatur kampanye besar penghapusan sejarah itu? Siapa yang bersusah payah membongkar semua bangunan ini sepotong demi sepotong dan kemudian menggunakan pecahannya sebagai bahan pengisi untuk bangunan lain?
Semuanya menunjuk ke Jenderal Horemheb. Ia merupakan Firaun setelah Tutankhamun dan Ay. Padahal, penghapusan ingatan Akhenaten dan penerusnya sudah diprakarsai oleh Ay, yang bahkan menghapus nama pendahulunya, Tutankhamun, dari beberapa prasasti.
Tapi Horemheb yang melakukan tugas berat membongkar Gempaaten dan bangunan luarnya. Ribuan tahun kemudian tepatnya pada tahun 1978, ahli Mesir Kuno, Donald Redford menemukan tumpukan puing-puing besar ujung tiang dan memiliki cartouche. Tampaknya tidak diragukan lagi sosok dibalik penghapusan sejarah Akhenaten. Di dalam itu tertulis dengan nama Firaun Horemheb.
Source | : | Historical Eve |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR