Para peneliti yang terlibat dalam studi ini berasal dari Australian National University di Australia, University College London di Inggris, German Archaeological Institute di Jerman, serta Universitas Udayana dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Indonesia.
Menurut para peneliti dalam laporan studi mereka yang bertajuk "Trans-Asiatic exchange of glass, gold and bronze: analysis of finds from the late prehistoric PangkungParuk site, Bali" itu, Situs Pangkung Paruk telah menghasilkan koleksi terbesar manik-manik kaca emas soda-natron Romawi di awal Asia Tenggara. Temuan ini menambah informasi baru yang signifikan bagi pengetahuan kita tentang penyebaran manik-manik seperti itu di awal abad pertama Masehi di seluruh Afrika dan Asia dari Mesir hingga Jepang.
"Analisis komposisi kami menunjukkan bahwa manik-manik kaca emas Pangkung Paruk diproduksi di Mesir selama abad pertama hingga keempat Masehi," tulis mereka.
Baca Juga: Koin Paling Berharga di Dunia Dijual di Lelang seharga $18,9 Juta
Manik-manik ini cocok dengan kaca Romawi yang digali di anak benua India selatan dan di sepanjang Semenanjung Melayu. Kaitan ini sekaligus mengkonfirmasikan rute maritim selatan dari Samudra Hindia bagian barat ke Asia Tenggara.
"Analisis manik-manik kaca Pangkung Paruk lainnya lebih lanjut mendokumentasikan kontak dengan Daratan Asia Tenggara bagian selatan dan anak benua India bagian selatan," tulis mereka.
Adapun sumber geologi untuk emas yang dipakai untuk membuat benda-benda kuno tersebut, menurut para peneliti, sulit untuk diidentifikasi karena kemungkinan adanya beberapa peristiwa peleburan dan pembentukan kembali dan kesenjangan dalam pengetahuan geologi kita.
Source | : | Antiquity |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR