Tepat 25 tahun kemudian, sebuah kapal tanker minyak Exxon Valdez menabrak Bligh Reef di Prince Williwam Sound, memuntahkan 10,8 juta galon minyak mentah ke laut. Tumpahan memengaruhi 1.300 mil air dan garis pantai.
Sekarang, nelayan Alaskan menghadapi masalah mendesak lainnya.
Alaska sudah merasakan dampak perubahan iklim, karena lautan yang memanas telah mendatangkan malapetaka para ekosistem krill, hutan rumput laut liar, salmon, dan burung.
Itu semua adalah sisa kerugian yang disebabkan oleh tumpahan minyak tahun 1989/.
Sebelum tumpahan Exxon, ikan herring musi semi di Sound berjumlah lebih dari 200.000 ton yang pulang ke rumah. Saat ini, hanya ada 4.000 ton yang kembali setiap tahun.
Setelah beberapa musim buruk berturut-turut, Lankard pun baru-baru ini menjual izin memancingnya.
Baca Juga: Air Danau Raksasa Antarktika Tiba-tiba Hilang, Diduga Mengalir ke Laut
Untuk membantu mengurangi efek dari pemanasan air, Lankard sekarang merangkul metode yang dikenal sebagai pertanian laut regeneratif, yang melibatkan tumbuh rumput laut dan kerang di taman bawah air kecil.
Dulunya seorang Lankard adalah nelayan komersial. Sekarang kebanyakan waktunya dipakai untuk bertani rumput laut.
"Alaska selalu didasarkan pada ekstraksi. Kami adalah negara bagian ekstraksi sumber daya alam," kata Lankard. "Apa yang dilakukan oleh pertanian laut regeneratif adalah menciptakan ekonomi regeneratif baru yang didasarkan pada konservasi, restorasi, dan mitigasi, yang bertentangan dengan ekstraksi sumber daya yang lebih banyak."
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR