Namun, hampir semua kuda liar di kawasan Barat mirip Dot, mustang yang menyelamatkan si penggembala Peru. Mereka adalah hasil persilangan yang mampu bertahan di padang selama berabad-abad (banyak di antaranya di masa Depresi Besar), DNA-nya menguat karena dilepaskannya kuda jantan Thoroughbred, Morgan, dan Arab dengan sengaja, dengan kelemahan masing-masing dari darah murninya terlesapkan dan naluri bertahan hidupnya semakin kuat pada setiap generasi yang berikutnya.
Pada pagi hari di awal November, aku berjongkok di atas sebongkah cadas di dekat Rock Springs, di barat laut dari tempat BLM menangkap Dot, untuk menyaksikan kawanan kuda ditangkap. “Jangan bergerak, jangan bicara,” begitu aku diperingatkan, “kawanan kuda itu bisa kaget dan menjauhi tempat penangkapan.” Kuda liar sangat peka terhadap bahaya di sekitarnya, terutama terhadap manusia. Kudekatkan daguku ke dada sambil melipat tangan. Angin Wyoming yang selalu berubah-ubah sarat dengan pertanda musim dingin, dan air selokan di daerah pengumpulan di bawah telah membeku setebal beberapa sentimeter.
Pilot helikopter yang disewa BLM terbang melintasi padang, menggiring beberapa kelompok kuda memasuki ngarai di bawah kami. Ngarai itu menyempit ke sebuah jaring serat goni yang tersamar. Di mulut ngarai dilepaskan kuda “pengkhianat” yang akan memimpin saudara-saudaranya yang liar itu memasuki lahan berpagar logam dan di situ sudah menunggu kuda liar hasil tangkapan hari sebelumnya. Di gerbang, pilot memiringkan baling-baling ke beberapa ekor kuda yang mogok, yang dalam keadaan kaget berlari maju memasuki awan debu. Gerbang dibanting menutup dan beberapa orang koboi muda yang setangkas kucing melompati pagar dan menerobos kawanan kuda. Helikopter terbang kembali untuk mencari kuda lagi. Di dalam lahan berpagar, para koboi memisahkan kuda jantan dari betina, anak kuda dari lainnya. Dalam satu jam, 40-50 ekor kuda sudah dipilah-pilah dengan cermat.
Kepanikan kuda mulai reda dan tampaknya binatang-binatang itu pasrah, meski cemas. Seorang dokter hewan berdiri di dekat lahan berpagar, mengamati setiap kuda. Beberapa ekor mengalami cedera ringan, tetapi tampaknya tidak seekor pun yang terluka parah walaupun terkadang kuda liar cedera atau mati ketika ditangkap.
!break!
Setiap tahun, 40 hingga 60 aktivitas penangkapan memindahkan antara 5.000 sampai 10.000 ekor kuda liar keluar dari padang kawasan Barat. Selama sembilan hari di Rock Springs, lebih dari 600 ekor kuda berhasil ditangkap, lalu diangkut dengan truk ke Cañon City, Colorado, ke sebuah penjara, dan di situ mereka dicap, dikebiri, dirawat, dan dipilah-pilah menurut jenis kelamin dan usia. Beberapa di antaranya akan dilatih oleh narapidana untuk kelak dilelang pada musimnya; yang lain menunggu diadopsi atau dikirim ke suaka margasatwa jangka panjang.
“Aku bukan bunny hugger (aktivis yang gila-gilaan membela hak satwa),” ujar Jay Kirkpatrick, “tapi, aku tak akan pernah mau ikut kegiatan penangkapan satwa lagi seumur hidupku. Cara ini benar-benar tidak manusiawi.” Dia berhenti sejenak: “Ada tiga alasan mengapa penangkapan ini bukan jalan keluar yang memuaskan untuk mengatasi masalah jumlah. Pertama, secara genetis tidaklah bertanggung jawab untuk terus-menerus menangkapi kuda yang masih muda, yang tak akan pernah punya kesempatan kawin; kedua, setiap kali kita mencabut kuda dari habitatnya, efesiensi reproduksi dari kuda yang tidak tertangkap menjadi tinggi. Dan ketiga, perubahan perilaku pada kuda yang tertangkap sangat menonjol.”
Jay D’Ewart, spesialis kuda liar dari BLM di Rock Springs, Wyoming, mengatakan bahwa dia juga tidak suka menyaksikan kawanan mustang ditangkapi, tetapi kantornya bertugas bukan saja memperhatikan kesejahteraan kuda, tetapi juga padang. “Kami tidak dapat membiarkan kuda liar berkeliaran di luar sana, beranak pinak tak terkendali hingga kelaparan dan menghancurkan padang rumput yang menjadi sumber pangan kuda liar, kehidupan liar, dan ternak. Kami bertugas memastikan adanya keseimbangan. Jadi, kami menangkapi kuda liar dengan helikopter, sesenyap dan secepat yang kami bisa.”
Karena terbatasnya daya tampung lahan dan karena terjepit di antara tuntutan para peternak, penambang, dan pemburu di satu pihak dan kegeraman kelompok pelindung kuda liar di pihak lain, BLM memutuskan untuk menampung 30.000 ekor kuda di tempat penampungan permanen (kira-kira sama dengan jumlah yang ada di alam liar) dengan biaya rata-rata lebih dari dua dolar sehari per ekor. Keputusan ini menyerap banyak dana dan menyediakan, setidaknya, solusi sementara atas kecenderungan satwa tersebut untuk berkembang biak dengan cepat. Setiap tahun, ribuan kuda ditangkapi lagi, dan setiap tahun ribuan lagi dimasukkan ke tempat penahanan jangka panjang.
Tahun lalu, dinas tersebut mengatakan bahwa mereka mungkin harus membunuh kawanan kuda liar untuk menekan biaya (yang mendorong Madeleine Pickens, istri T. Boone Pickens, menawarkan diri mengadopsi banyak mustang, boleh dikatakan semuanya, yang ditangkap BLM). “Semua sudah menduga hal ini akan terjadi,” kata Chris Heyde dari Animal Welfare Institute di Washington DC. “Setiap tahun mereka menangkapi semakin banyak kuda dari padang untuk menyenangkan hati para peternak. Sementara itu, program pengelolaannya sungguh memprihatinkan.”
“Semakin banyak yang kita ketahui tentang kehidupan sosial dan emosional kuda, semakin kita menyadari bahwa satwa-satwa itu dipandu oleh kearifan kolektif yang kuat,” kata Ginger Kathrens sambil mengarahkan kameranya ke sekelompok mustang di punggung bukit, tidak jauh di bawah kami. “Mereka hidup dalam kelompok keluarga yang amat tertata dengan jantan jadi pemimpin lewat perkelahian. Jika secara acak kita mencabut kuda dari kelompok itu, akibatnya bisa sangat parah bagi anggota keluarga yang tersisa.”
!break!
Kathrens adalah pembuat film dokumenter yang telah mengamati kuda liar selama lebih dari satu dasawarsa di Pegunungan Pryor. Dia sudah membuat dua film tentang ke-170 kuda ini dan sedang menggarap film ketiga.
Pada suatu hari yang dingin di musim semi, kami duduk membelakangi angin dan mengamati. Seekor kuda jantan berkulit pucat bernama Cloud mengawasi para betinanya saat kawanan itu merumput di padang yang berada di puncak punggung bukit berbatu. Claud juga mengawasi kami sekaligus. Menurut Kathrens, kuda jantan akan berkelahi—ada kalanya sampai mati—untuk mendapatkan hak memiliki kuda betina. Hak itu selanjutnya harus dipertahankannya dari incaran kuda jantan lajang sampai usia tua membuatnya tidak mungkin lagi bertahan. Di saat Kathrens menjelaskan hubungan Cloud dengan para betinanya, lalu dengan ayahnya, induknya, saudara lelaki kandungnya, dan saudara lelaki tirinya, Kathrens merangkai cerita dongeng tentang intrik pertikaian antarkeluarga, tentang persekutuan yang tidak mungkin terjalin, serta perkelahian mendadak dan mengerikan. Bahkan mungkin ada yang dapat disebut peristiwa cinta—sepasang kuda jantan-betina soliter dan sekarang sudah berumur yang melanggar aturan masyarakat kuda liar agar dapat terus berduaan. Ketika si jantan yang memenangi harem membiarkan si betina luput dari pantauan pada malam saat dia melahirkan, si betina melarikan diri dan menyelinap kembali untuk menemui jantan pilihannya.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR