Bisa dikatakan, sejarah—dan kepribadian ganda—Amerika modern terukir dalam sequoia; seruan menyelamatkan pohon ini langsung menggema saat mulai ditebang. Selama seribu tahun, suku Tolowa, Yurok, dan Chilula, antara lain hidup di balik tembok sequoia setinggi 100 meter yang tak bisa ditembus, menyantap ikan salem, rusa elk, dan biji oak tan (Lithocarpus densiflorus), serta memahat kano panjang dari gelondong yang jatuh ke tanah.
Tradisi itu berakhir dengan kekerasan pada 1848 saat AS merebut California dari Meksiko dan emas ditemukan di sana. Pengusaha dari Timur berpikir mereka melihat sumber kekayaan yang lebih mudah: kayu kemerahan berserat lurus dan tahan pembusukan itu sudah banyak dicari di negara yang penduduknya akan berlipat empat dalam satu dasawarsa, mengawali era penebangan hutan yang berlanjut hingga kini. Dari 650.000 hektare hutan sequoia, 34 persen dimiliki tiga perusahaan, 21 persen negara bagian California dan pemerintah federal, dan sisanya pemilik ladang kecil.
Gempa dan kebakaran 1906 di San Francisco memicu penebangan berlebihan. Untuk memenuhi permintaan kayu guna membangun kembali kota itu, kota pembalakan bermunculan di seluruh kawasan sequoia. Perusahaan seperti Pacific Lumber dan Union Lumber pun melenturkan otot industrinya yang baru.
Penebangan pohon besar pun memicu gerakan pelestarian lingkungan modern. Pada 1900, warga yang prihatin membentuk Sempervirens Club yang advokasinya menghasilkan pembentukan Big Basin Redwoods State Park pada 1902. Pada 1920-an Save the Redwoods League mulai membeli hutan-hutan kecil yang kelak menjadi tulang punggung taman sequoia California dan terus diperluas hingga kini.
Periode pembalakan intensif terakhir dimulai pasca Perang Dunia II. Ledakan perumahan dan persediaan peralatan militer yang melimpah dan murah menghasilkan sepasukan buldoser, truk kayu, dan pembalak bergergaji rantai ke tanah hutan sequoia yang terjal dan labil. Pada awal 1950-an, berbagai kilang menggergaji lebih dari 2 juta meter kubik kayu per tahun, tingkat yang dijaga hingga medio 1970-an. Tebang habis dan pembalakan Cat, dinamai menurut traktor Caterpillar kuning, menyebabkan tanah dari jalan pembalakan serta jejak penyeretan kayu yang malang-melintang luruh-runtuh ke sungai. Populasi ikan salem menurun, juga spesies lain yang hidup di hutan sequoia selama ribuan tahun. Saat ini yang tersisa tak sampai 5 persen dari kira-kira 800.000 hektare hutan perawan, sebagian besar dalam taman dan suaka di seluruh kawasan.
“Pertempuran menyelamatkan sequoia telah dilancarkan, dan lihatlah, kita hanya mendapat remah-remah,” kata Steve Sillett, ilmuwan hutan di Humboldt State University. “Tantangannya kini ialah memahami cara memperbaiki pengelolaan 95 persen lahan sequoia yang baru saja mulai tumbuh.”
Bukan hanya ikan salem dan burung hantu yang dirugikan akibat penebangan hutan. Tingkat panen di hutan sequoia telah merosot sejak 1990-an saat luasnya sudah tinggal setengah dari luas era 1970-an. Meski Fay dan Holm bermalam di bawah bintang hampir setiap hari, setiap dua minggu mereka mengunjungi kota pembalakan kecil untuk mengisi baterai komputer dan kamera, serta mengunduh data ke hard drive portabel—di tempat seperti Korbel dan Orick yang dulu memiliki beberapa kilang. Kini tempat itu terhitung beruntung memiliki satu kilang yang terseok-seok. Rio Dell, kota berpenduduk 3.200 jiwa lebih beruntung daripada kebanyakan kota. Kota itu terletak di seberang Sungai Eel dari Scotia, ditempati perusahaan kayu yang dulu berjaya: Pacific Lumber Company.
Tahun lalu awan tebal kelabu yang lebih banyak dari biasanya melayang di atas Rio Dell pada masa Wildwood Days, yaitu festival jalanan tahunan yang penuh lomba pembalakan dan lomba membawa ember di antara kantor relawan pemadam kebakaran setempat. Beberapa hari sebelumnya, setelah perjuangan berlarut-larut di pengadilan pailit federal, PL (demikian julukan Pacific Lumber di sini), majikan pekerja kilang dan kayu selama bergenerasi-generasi di kedua kota itu, telah dijual. Masa depan kini berada di tangan Mendocino Redwood Company (MRC) milik keluarga Fisher dari San Francisco yang kaya raya dengan rangkaian toko pakaian Gap dan Banana Republic. Satu-satunya yang diketahui kebanyakan orang di Rio Dell adalah bahwa MRC merupakan titisan baru operasi Pacific Lumber lama: Humboldt Redwood Company (HRC).
Tak ada yang tahu siapa yang bakal tetap memiliki pekerjaan setelah situasi mereda.
Di lomba pembalakan—yang menampilkan dua orang beradu cepat memotong kayu dengan gergaji rantai—Len Nielson dari Fortuna baru saja mengalahkan Chris Hall dari Rio Dell, seorang lelaki besar yang botak dengan jenggot merah yang rapi. Secara keseluruhan—kakek, ayah, paman, dan sepupu—keluarga Hall telah 142 tahun bekerja untuk PL. Dia telah menebang pohon, mengemudi Caterpillar, dan menyeret batang kayu sejak berusia 15 tahun. Kini ia bekerja di instalasi pembangkit listrik.
“Kami jelas senang Hurwitz pergi,” ujar Hall sambil menyimpan gergaji rantainya, sementara putrinya yang berusia 5 tahun menari-nari di dekat kakinya.
!break!
Saat membicarakan praktik kehutanan di sequoia, cepat atau lambat kita pasti mendengar nama Charles Hurwitz, CEO di Maxxam, Inc. yang berpusat di Houston. Pada 1985 Hurwitz mendalangi pengambilalihan secara tak bersahabat atas Pacific Lumber yang dikelola secara konservatif oleh keluarga Murphy sejak 1905. Dengan tak menebang sebagian pohon tua, keluarga Murphy yang mempelajari usaha perkayuan sejak memegang gergaji rantai berencana melestarikan panen kayu dan lapangan kerja hingga jauh memasuki abad ke-21. “Saat keluarga Murphy menjadi pemilik PL, mereka peduli pada karyawan,” kata Hall.
Melalui Pacific Lumber, Hurwitz mewarisi kira-kira 70 persen hutan sequoia tua yang tersisa di tangan swasta. Dalam pertemuan pertamanya dengan karyawan, pengusaha berjas hitam itu berkata— kutipan yang kini terkenal—bahwa ia meyakini aturan emas: “Barangsiapa memiliki emas, berkuasa.” Hurwitz lalu memecah-mecah perusahaan dan menjual asetnya. Dia menjual gedung kantor Pacific Lumber di pusat kota San Francisco serta divisi gabungan yang menguntungkan dan mencairkan dana pensiun karyawan.
Yang terpenting bagi hutan sequoia, Hurwitz menggunakan model usaha tebang habis, melipatduakan—dan pada beberapa tahun bahkan melipattigakan—jumlah tahunan kayu yang dipanen dari tanah perusahaan. Luasnya mencapai 85.000 hektare. Upayanya menebang blok hutan tua terbesar yang tersisa di lahan swasta memicu sepasukan pengunjuk rasa muda ke jalan dan ke atas pohon. Hal ini menarik perhatian yang semakin saksama dari badan pengatur perkayuan negara bagian dan dinas hidupan liar federal. Bagi kaum pembela hutan, demikian para pengunjuk rasa itu menyebut dirinya, saat itu adalah masa berbahaya. Pengunjuk rasa diciduk dengan kekerasan dari tempat duduk mereka 100 meter dari atas tanah. Mendiang Judi Bari, salah satu organisator unjuk rasa pada 1990—masa yang dijuluki “musim panas sequoia,” pinggulnya pecah akibat bom pipa di mobilnya. Tak pernah ada yang dituntut atas kejahatan tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR