Pada 1998 David “Gipsy” Chain dan pengunjuk rasa lain mendaki ke tanah PL. Mereka yakin di sana pembalak sedang membangun jalan sebelum akhir musim bersarang burung marbled murrelet. Padahal pada masa itu pembalakan adalah ilegal. Seorang pembalak yang terekam di video mengumpat sambil menyesali bahwa ia tak membawa senapan. Lalu, ia menebang sebatang sequoia ke arah mereka. Pohon itu menimpa kepala Chain, dia tewas seketika. Si pembalak tak pernah dituntut. Pada 1999 pemerintah negara bagian dan federal membeli sebagian Hutan Headwaters, menempatkannya dalam perlindungan permanen.
Sekarang Hari-hari konfrontasi dengan cara kekerasan sepertinya sudah berakhir. Seminggu setelah akuisisi Pacific Lumber oleh MRC, Mike Jani yang menjabat sebagai kepala rimbawan dan presiden perusahaan meminta Fay dan Holm bergabung dengannya dan para aktivis setempat di kaki sebatang sequoia raksasa di seberang Sungai Eel dari Rio Dell. Para pengunjuk rasa menduduki sebagian hutan kecil primer di sini selama bertahun-tahun untuk mencegah PL membalak. Jani memberi tahu para aktivis, bahwa di bawah kebijakan perusahaan baru, pohon itu tak akan diambil.
“Memperjuangkan pohon tua itu mudah,” kata Lindsey Holm kepadaku.
“Itu masalah moral yang sudah jelas. Selamatkan pohon lama—spesies yang terancam punah.” Berusaha mengumpulkan orang untuk membela hutan sekunder yang baik itu lebih sulit—lebih kepada soal menjaga keutuhan ekosistem, dengan meminimalkan erosi dan memelihara kehidupan liar sambil memaksimalkan produksi kayu. Bagi mayoritas orang California, tebang habis adalah buruk karena hasilnya terlihat jelek. Pandangan itu tak tepat, ujar Holm yang tak serta-merta menolak sistem tebang-habis.
Konsep bahwa hutan dapat dibalak tanpa dibabat habis bukanlah hal yang baru. Pacific Lumber tak akan menebang lebih dari 70 persen tegakan kayu atau menebang pohon lebih banyak dari yang ditumbuhkannya dalam setahun. Inilah kebijakan yang dipegang perusahaan selama setengah abad lebih, hingga Charles Hurwitz mencampakkannya.
!break!
Kini Jani berjanji, Humboldt Redwood Company yang baru akan mengembalikan tebang-pilih ke tanah Pacific Lumber yang lama. Perusahaan induknya, MRC, telah memulihkan tegakan dan sudah membiasakan menebang sepertiga hingga setengah volume dari seluruh pohon yang ditumbuhkan di tanahnya setiap tahun melalui beragam teknik pemilihan. Perusahaan pun mengorbankan laba jangka-pendek yang lebih besar demi investasi jangka-panjang pada hutan.
Green Diamond Resource Company kini adalah pelaku tebang-habis terbesar di hutan sequoia; 70 persen lebih dari 175.000 hektare-nya dijadikan tegakan seragam yang ditebang kira-kira setiap 50 tahun.
“Kami suka hutan hasil tebang-habis,” kata Greg Templeton, salah satu rimbawan veteran Green Diamond. “Baik sequoia maupun pohon konifera Doug fir (Pseudotsuga) tumbuh lebih cepat dalam cahaya matahari penuh.” Ia berdiri di lereng bukit yang cerah dan panas, dengan bangga mengawasi para pembalak mengubah tegakan sequoia setinggi 45-60 meter berusia 70 tahun jadi tumpukan batang, dahan, dan sisa tumbuhan yang malang melintang tetapi rapi.
Pada 1990-an, California menurunkan luasan maksimum yang diperbolehkan untuk tebang-habis, dari 32 menjadi antara 8-16 hektare. Sebagian besar traktor berat yang menyebabkan begitu banyak pengikisan telah diganti dengan mesin sekop yang lebih kecil dan ringan.
Dengan mengangkat seluruh batang dan tak menyeretnya di tanah, alat ini tak lagi membuat jalur seret yang mudah terkikis, yang merupakan ciri khas pembalakan Caterpillar dan membahayakan sungai pemijahan ikan salem. Untuk pohon sasaran di lereng bukit terjal, rimbawan menggunakan derek kabel, alat yang mengangkat potongan batang di sepanjang kabel yang terentang dari menara tinggi di puncak bukit ke tunggul besar di lereng seberang. Menurut Templeton, peralihan seperti itu serta jalan pembalakan yang jumlahnya lebih sedikit dan buatannya lebih bagus, serta zona penyangga yang diwajibkan di sepanjang sungai (tempat tebang pilih diperbolehkan), secara signifikan mengurangi endapan yang masuk ke perairan pemijahan ikan salem.
Hutan Green Diamond yang berpetak-petak—dengan kelompok pohon kecil yang tumbuh rapat berusia hingga 20 tahun dipisahkan oleh jalur pohon lebih tua dalam zona penyangga 45 meter di sekitar sungai pemijahan ikan—akhirnya akan membentuk habitat kehidupan liar yang baik, ucap Neal Ewald, manajer umum dan wakil presiden perusahaan. “Lima puluh tahun lagi, 20 persen tanah ini akan bagaikan tulang daun maple dengan jaringan pohon tua di sekitar sungai. Kami berniat menumbuhkan pohon hingga sebesar yang ada di Taman Nasional Redwood seratus tahun lagi,” katanya. Menurut Ewald, ini menguntungkan salem dan burung hantu.
Pada awal 1990-an biolog senior Green Diamond, Lowell Diller, adalah salah satu orang pertama yang menemukan populasi padat burung hantu di hutan sekunder. Penelitiannya menandakan bahwa burung hantu dapat hidup di hutan yang lebih kecil asalkan ada cukup tunggul pungur dan pohon besar berlubang dan tempat datar untuk bersarang. Campuran blok-blok hutan muda dengan berbagai usia akibat tebang habis menyediakan habitat yang baik bagi tikus hutan berkaki gelap (Neotoma fuscipes)—mangsa favorit burung hantu.
Temuan Diller membantu Green Diamond mendapatkan Habitat Conservation Plan (HCP) pertama untuk burung hantu dari US Fish and Wildlife Service pada 1992. Hal ini memungkinkan perusahaan terus membalak di wilayah burung hantu asalkan mereka memiliki rencana untuk memelihara habitat minimal burung hantu. Namun, populasinya menurun sekitar 3 persen per tahun di lahan Green Diamond sejak 2001, kata Diller. Itu terjadi di sebagian besar kawasan mereka.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR