“Tapi, ingat,” begitu katanya secara tertulis kepada Morrison, “Aku tidak mau menjualnya langsung—terlalu berbahaya.” Alih-alih, dia akan menggunakan perantara.
Morrison berkata bahwa dia juga punya mitra, tetapi mitra wanitanya itu tidak mau bekerja sama dengan Anson sebelum bertemu muka langsung. Anson enggan bertemu. Karena ada perintah penangkapan dirinya, dia tidak bisa memasuki wilayah AS, begitu kata Anson kepada Morrison. Dia juga curiga bahwa dirinya bisa saja ditangkap di Kanada.
“Kita bisa bertemu di mana saja di kawasan Asia,” Anson menulis lagi. Argentina, Afrika Selatan, Peru, Prancis, dan Inggris juga boleh. “Aku tidak mau bertemu di Selandia Baru,” dia menegaskan, “ataupun Australia.”
Mereka sepakat untuk bertemu di Meksiko.
!break!
PHOENIX DARI MALAYSIA
Dengan penangkapan Anson Wong pada September 1998, US Fish and Wildlife Service berhasil menyelesaikan tugasnya, tetapi boleh dikatakan kalah perang. “Kami memusatkan perhatian hanya pada satu klimaks,” kata George Morrison kepadaku. Karena lelah, Morrison meninggalkan kerja penyamarannya yang purnawaktu. Rick Leach, penyelia kelompok itu, pensiun, dan tidak lama kemudian, walaupun masih ada, Operasi Khusus itu berhenti beroperasi.
Lima tahun kemudian pada 10 November 2003, Anson dibebaskan. Wartawan berbondong-bondong datang ke Malaysia. Dia menolak berbicara kepada pers.
Pada saat itu, Malaysia terlibat dalam kemelut skandal penyelundupan yang melibatkan gorila dataran rendah, spesies yang terancam punah. Para pedagang gelap menggunakan Kebun Zoologi Universitas Ibadan di Nigeria sebagai tameng untuk menyelundupkan empat bayi gorila yang ditangkap di hutan Kamerun ke Kebun Binatang Taiping di Malaysia. Insiden Taiping Four ini mengobarkan amarah internasional. Di tengah suasana yang hiruk-pikuk itu, Anson duduk di depan komputernya dan mengetikkan sebaris pesan di Vorras.net, sebuah papan pesan (message board) komersial yang sering dikunjungi pedagang satwa: “kami butuh kera nigeria. Silakan kirim harga CnF (pembelian dan pengapalan ke) Malaysia.”
Anson sudah kembali berbisnis.
!break!
Pada kenyataannya, Anson memang tidak pernah berhenti. Selama dipenjara, Cheah Bing Shee melanjutkan kegiatan operasionalnya. Sekarang Anson mulai sering menggunakan papan pesan, mencari reptil dari India, Madagaskar, dan Sudan; serangga dari Mozambik; dan tanduk domba “10 ton satu bulan”. Dia menawarkan menjual sederetan satwa liar, termasuk rep-til Malaysia, curik bali, kakatua, dan kayu gaharu yang keharumannya diberi nilai setara dengan lima miliar rupiah. Untuk menanggapi permintaan akan burung atau mamalia yang sudah mati, dia menjawab, “Kami selalu memiliki spesimennya.”
Hal yang mula-mula menyebabkan ketertarikanku pada Anson adalah komentar sembrono yang dilontarkan Mike Van Nostrand, pemilik Strictly Reptiles di Florida Selatan, salah satu grosir terbesar di dunia yang melakukan kegiatan impor-ekspor reptil, sekaligus salah satu pelanggan terbesar Anson. Waktu itu aku sedang menulis buku tentang masa lalu Van Nostrand sebagai penyelundup reptil. “Dua minggu setelah dia keluar dari penjara,” begitu Van Nostrand bercerita pada musim panas 2004, “Anson menawariku sesuatu yang seharusnya tidak boleh dia tawarkan.” Yang ditawarkannya adalah biawak abu-abu (Varanus olivaceus), kadal pemakan buah asal Filipina yang diduga sudah punah sebelum akhir 1970-an dan ini adalah salah satu satwa yang menyebabkan Anson dipenjara karena penyelundupan.
Pada September 2006 aku menyewa apar-temen di Florida Selatan dan bekerja di Strictly Reptiles. Aku menghabiskan tiga bulan di gu-dang: menyapu, mem-bersihkan kandang ular, dan membongkar peti kemas berisi reptil—ter-masuk peti kemas dari Anson—be-ker-ja begitu rupa untuk pada akhirnya bisa meng-ajukan pertanyaan kepada Van Nostrand: “Ber-sediakah Anda memperkenalkan saya?” Be-berapa hari sebelum masa sewa apartemenku habis, kuajukan pertanyaan itu. “Boleh,” jawab-nya. “Anson pasti akan mau berbicara dengan-mu. Dia senang berbicara tentang dirinya sendiri.”
DI DALAM BENTENG
Di Pulau Tikus yang trendi di Penang, Sungai Rusa Wildlife dapat dengan mudah disalahartikan sebagai salon penata rambut. Kantornya tidak lebih luas daripada garasi dan tidak ada papan pengenal, hanya merupakan salah satu dari sekian banyak unit di sepanjang deretan toko eceran sepi. Saat aku melangkah masuk pada 2 Maret 2007, terparkir sebuah mobil BMW hitam dan mobil van pengantar barang tidak berjendela yang bertuliskan alamat pe-nangkaran reptil Anson di Penang.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR