Anson menjabat tanganku dengan genggaman yang sangat kuat sebelum kemudian melepaskannya. Dia mengajakku masuk melewati tumpukan tarantula hidup dalam sejumlah mangkuk, berkas yang berserakan, dan peti pengiriman yang dialamatkan ke kantornya, sebuah ruangan tak berjendela yang sesak. Meski dia mengiklankan perusahaannya di internet sebagai perusahaan dengan omzet penjualan “500 miliar hingga 1 triliun rupiah” setahun, barang paling modern di ruangan itu hanyalah sebuah ponsel di atas meja.
Setelah aku duduk, Anson menunjuk tiga foto berlaminasi plastik yang direkatkan ke pintu kantornya. “Istriku menempelkannya di situ untuk mengingatkanku agar bertanya kepada diri sendiri apakah semua ini sepadan,” katanya. “Luar biasa ‘kan?”
Foto itu adalah foto kura-kura matahari india (Geochelone elegans atau Testudo elegans) yang dulu diselundupkannya. Setiap halaman distempel oleh pengadilan federal Northern District of California. Foto-foto itu mungkin saja menjadi pengingat bagi Anson dari istrinya, tetapi juga peringatan bagi setiap orang yang melangkah melalui pintu kantornya: bahwa Aku, Anson Wong, sudah pernah menjalani persidangan legal paling keras di dunia, tetapi aku masih tetap di sini.
Jangan terkecoh wajahnya yang kekanakan. Dia berkacamata bundar besar dan rambutnya yang beruban dikucir seperti ekor kuda. Pada usia 49 tahun, wajahnya tampak seperti tidak pernah mengenal stres. Dia menampilkan kesan seperti seniman sukses, mungkin pematung, dan berbicara dengan cengkok Inggris yang merdu dalam bahasa Inggris yang lancar. Di belakang kepalanya tampak sebuah peta dunia. Di dalam kandang di belakangku ada ular sanca kembang (Python reticulatus) sedang tidur, ular sanca terpanjang di dunia.
!break!
Anson bercerita bahwa dia mulai menekuni perdagangan satwa liar ini pada 1980-an di sebuah perusahaan bernama Exotic Skins and Alives. Waktu itu, katanya, Malaysia memberikan perlindungan hukum hanya bagi satwa liar asli Malaysia sehingga dia bisa dengan bebas memperdagangkan spesies yang terancam punah dari seluruh pelosok dunia. Anson tersenyum. “Satwa apapun,” katanya.
Kuceritakan bahwa aku sedang menulis buku tentang pelanggannya di AS, Mike Van Nostrand yang juga bermain kucing-kucingan dengan US Fish and Wildlife Service “Anda pemain utama di Asia,” kataku. “Mike bercerita bahwa kalau bukan karena Anson Wong, tidak akan ada industri reptil di Amerika Serikat.”
Anson menyebutkan pedagang lain yang menjadi saingannya di Indonesia dan satu lagi di Madagaskar. Kemudian, dia tertawa dan menggelengkan kepalanya. “Yah, kurasa tidak banyak yang berkiprah dalam kegiatan ini.”
Satwa liar merupakan bagian terpadu dalam setiap perekonomian negara Asia, begitu kataku, dan aku tertarik pada garis antara manusia dan alam. “Ahhh,” katanya. Anson mengangkat tangannya dan mempertemukan kedua tinjunya. “Selalu berbenturan.”
!break!
KEJUTAN MASA DEPAN
“Aku sedang membangun kebun binatang lagi,” katanya sambil menunjuk dokumen setebal 30 halaman di atas mejanya yang berjudul “Anson Wong, Desa Flora and Fauna.” “Rencananya sudah disetujui kemarin.” Kubuka-buka lembaran gambar arsitektur itu.
Mitra Anson adalah istrinya dan Michael Ooi, pedagang anggrek yang terkenal di dunia internasional. Selama bertahun-tahun suami-istri Wong dan Michael Ooi mengelola kebun binatang di Penang, bernama Bukit Jambul Orchid & Hibiscus Garden and Reptile House.
Kebun binatang adalah tameng yang bagus. Penyelundup yang mengelola kebun binatang bisa memindahkan spesies terancam punah dengan surat-surat CITES dan kebun binatang bisa menggunakan program penangkarannya untuk menjelaskan saat ada satwa baru tiba. CITES biasanya tidak memantau apa yang terjadi pada satwa setelah kebun binatang mengimpornya: Gorila dataran rendah bisa dijual di dalam negeri atau jika mati (atau dibunuh), bisa dipotong-potong untuk diambil daging atau bagian tubuhnya, bahkan diawetkan dengan menjejalkan kapas ke tubuhnya.
Anson bercerita bahwa kebun binatangnya akan jauh lebih bagus daripada Bukit Jambul. Dia masih tetap menampilkan reptil dan akan menetapkan ongkos masuk yang murah bagi pengunjung, tetapi kali ini dia berharap dapat meraup banyak uang. Dia punya fokus baru: kucing besar. “Aku sangat suka harimau,” katanya. “Penangkaran,” Anson tersenyum, “itulah masa depan.”
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR