Makanan sudah hampir habis dan kondisi fisiknya memprihatinkan dengan luka terbuka di hidung, bibir, dan skrotum. Rambutnya rontok segumpal-segumpal, dan kulit terkelupas dari kakinya. Dan ia masih harus menempuh 150 kilometer lebih. “Aku cemas peluangku selamat sudah sirna,” tulis Mawson dalam buku hariannya. Tetapi dia menambahkan, “Aku akan berupaya sampai titik terakhir.”
Dia memotong kereta saljunya jadi dua hanya menggunakan gerigi pisaunya. Lalu dia membuat layar darurat dengan menjahit jaket Mertz pada tas kain. Tiga hari setelah kematian Mertz, Mawson menemukan dengan rasa ngeri bahwa kulit telapak kakinya telah terlepas dari kulit di baliknya.
Dia menempelkan kulit mati itu pada kakinya, lalu mengenakan enam pasang kaus kaki wol. Selain jarak, Mawson kini berlomba dengan waktu. Kapal laut Aurora milik ekspedisi itu dijadwalkan tiba di Teluk Commonwealth pada 15 Januari untuk menjemput tim itu. Tetapi, sementara hari-hari berlalu, Mawson masih 120 kilometer lebih dari pondok, dan tubuhnya jam demi jam kian melemah.
Suatu hari, saat menembus salju tebal, ia terjerumus dari jembatan salju yang menutupi retakan tersembunyi. Sentakan keras menghentikannya. Tali sabuk kekang empat meter yang menghubungkannya dengan kereta salju masih kukuh, tetapi kini Mawson yakin, berat tubuhnya akan menarik kereta itu sampai jatuh dan menimpanya. “Jadi, inilah ajalku,” pikirnya.
Ajaibnya, kereta itu tersangkut salju tebal, menambatkan dirinya. Tetapi, sementara matanya menyesuaikan diri dalam remang-remang, Mawson melihat seolah-olah situasi yang sedang dihadapinya tidak ada jalan keluar. Dia bergelantung bebas di udara, dinding ceruk es terlalu jauh tak terjangkau.
Satu-satunya peluang selamat adalah menghela dirinya naik, memanjat tali harness. Untungnya, dia telah membuat simpul pada tali itu dengan jarak teratur. Dia meraih simpul pertama dan menghela dirinya naik, lalu menggapai simpul berikutnya.
!break!
Bagi lelaki yang sehat dan bugar pun, upaya seperti itu sulit dilakukan; namun Mawson menghela, beristirahat, dan menggapai lagi. Dia mencapai bibir ceruk es dan berusaha berguling ke permukaan di atas.
Upaya itu menyebabkan bibir yang menjorok itu patah. Mawson jatuh sampai ujung sabuk kekangnya. Rasa putus asa menguasai dirinya. Dia mempertimbangkan untuk melepaskan diri dari sabuk kekang dan terjun bebas ke dasar ceruk es, mengakhiri segalanya dalam sekejap, daripada tercekik atau membeku perlahan-lahan.
Saat itu sebuah bait dari penyair favoritnya, Robert Service, terlintas dalam benaknya: “Coba saja sekali lagi—mati itu sangat mudah / Bertahan hiduplah yang susah.”
Kata-kata itu mendorongnya mengerahkan “upaya hingga titik darah terakhir.” Saat mencapai bibir ceruk es, dia mengulurkan kakinya dulu, lalu menghela bagian tubuhnya yang lain dari ceruk es. Dia menggulingkan tubuh dan pingsan, lalu siuman satu-dua jam kemudian.
Tenggat mencapai pondok telah terlewat. Sejauh pengetahuannya, Aurora mungkin saja telah pergi membawa semua awak AAE lain. Hal yang mendorongnya terus berjalan adalah harapan dapat meninggalkan buku harian miliknya, serta milik Mertz, di tempat yang kelak dapat ditemukan tim pencari agar mereka tahu kisah nahas Regu Timur Jauh.
Namun, pada 29 Januari terjadi mukjizat kecil. Mawson melihat sesuatu yang gelap lamat-lamat terlihat di balik kabut. Ternyata timbunan salju yang ditutupi kain hitam. Di dalamnya, dia menemukan pesan dari tiga anggota tim yang mencari mereka, serta sekantong makanan—makanan penuh berkah! Dari surat itu Mawson mengetahui bahwa jaraknya hanya 45 kilometer dari pondok.
Jarak itu kemudian ditempuhnya dalam sepuluh hari, karena dia menunggu berlalunya badai salju yang berkepanjangan. Akhirnya, pada 8 Februari, dia mulai melakukan penurunan lereng terakhir. Sebelum melihat pondok, dia menangkap titik yang jauh di cakrawala. Seperti yang dikhawatirkannya, itulah Aurora, meninggalkan teluk.
Lalu pondok itu tampak, dan di luarnya ada tiga orang yang sedang mengerjakan sesuatu. Mawson berhenti dan melambai selama 30 detik. Ketiga orang itu terlalu jauh, tak mendengar seruannya. Akhirnya salah seorang mengangkat kepala.
!break!
Mawson tertinggal Aurora hanya dalam selisih lima jam. Alih-alih, orang itu dan enam orang yang ditugasi untuk tetap tinggal mencari regu Mawson terpaksa menghabiskan setahun lagi di tempat paling berangin di bumi.
Sekarang orang di pondok bergegas menaiki lereng es untuk memeluk pemimpin mereka. Orang pertama yang tiba adalah Frank Bickerton. Dari jarak 50 meter, Mawson mengenali Bickerton. Dan dari raut kaget di wajah Bickerton, Mawson tahu persis pikiran Bickerton: Kau yang mana di antara bertiga?
Sepuluh bulan lagi berlalu sebelum Aurora kembali. Saat akhirnya sampai di Australia pada Februari 1914, Mawson disambut sebagai pahlawan nasional dan dinobatkan sebagai kesatria oleh Raja George V. Selama kariernya selanjutnya, dia menjadi dosen di University of Adelaide.
Meskipun dia kemudian memimpin dua lagi ekspedisi Antartika, prestasi terbesarnya adalah menyusun 96 laporan yang memuat hasil penelitian ilmiah AAE. Saat Mawson wafat pada 1958, seluruh Australia berkabung mengenang penjelajah terbesarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR