Saya ingin menampilkan kepedulian saya terhadap Fuling, namun juga harus jujur tentang polusi, waduk, dan masalah-masalah yang terkadang saya hadapi sebagai orang asing di sana. Akhirnya, saya menerima kemungkinan bahwa saya tidak akan diterima lagi di sana. Tetapi, saya tidak pernah membayangkan betapa cepatnya tempat itu berubah.
!break!
Ketika River Town diterbitkan pada awal 2001, jalan raya pertama di Fuling telah selesai dibangun, dan feri Yangtze kian terlupakan. Dua jalan raya baru lainnya mengikuti, bersama tiga jalur kereta. Berkat proyek Tiga Ngarai, sejumlah besar dana pemerintah mengalir ke Fuling, bersama para migran dari kota-kota sungai dari wilayah lebih rendah yang harus digusur. (Kabarnya, lebih dari 1,4 juta jiwa harus dipindahkan).
Dalam satu dasawarsa, populasi Fuling nyaris berlipat ganda, dan kampus berubah menjadi institusi empat tahun dengan gedung dan nama baru, Yangtze Normal University. Jumlah mahasiswanya membengkak dari 2.000 menjadi lebih dari 17.000, menjadi bagian dari ekspansi besar-besaran Cina di bidang pendidikan tinggi.
Sementara itu, orang Amerika mulai memiliki pandangan baru tentang Cina, dan River Town secara mengejutkan menjadi buku laris. Saya mendengar bahwa buku ini diterjemahkan secara tidak resmi di Fuling dan dibagikan secara terbatas kepada para kader Partai Komunis. Tetapi, saya tidak pernah mengetahui reaksi pemerintah terhadap buku ini.
Inilah pertama kalinya saya kembali ke Fuling setelah lebih dari lima tahun, dan pertama kalinya pula saya diundang menemui seorang pejabat tinggi. Di kantor Pemerintah Daerah Fuling, saya menunggu Wakil Direktur Liu Kangzhong. Sebelumnya saya harus menemui delapan orang ajudannya. Upaya saya untuk berbasa-basi sia-sia saja.
Akhirnya, salah seorang kader berdeham. Dia berkata, “Sudahkah buku Anda laku satu juta kopi?” Pertanyaan itu tidak saya duga, namun jawabannya mudah: Belum. “Apakah ada rencana untuk memfilmkannya?” Kuungkapkan bahwa kemungkinan itu pernah dibahas, namun tidak ada kelanjutannya. “Akan sulit untuk memfilmkan buku itu,” katanya. “Fuling sudah benar-benar berubah dari saat Anda tinggal di sini. Mereka tidak akan menemukan lokasi-lokasi yang menggambarkan masa itu.”
Semua orang berdiri ketika Wakil Direktur Liu tiba. Lalu, pejabat itu merentetkan statistik yang hanya bisa didengar di Cina. Dalam lima tahun terakhir, PDB Fuling meningkat rata-rata 20 persen per tahun, dan pemerintah kota berencana untuk menambah 300.000 penduduk pada 2015. Sebuah wilayah industri baru telah menarik lebih dari 36 firma asing untuk berinvestasi. Seluruh taksi dan bus setempat kini menggunakan bahan bakar gas alam untuk mengurangi polusi.
“Kami sudah membuka mata,” ujar Liu. “Ketika saya masih bersekolah pada 1970-an, kami tidak bisa berkomunikasi dengan orang luar. Cina sudah cukup lama menjadi negara terbuka, dan kami bisa merasakan pendapat orang asing. Saya sudah membaca beberapa buku Anda.”
Dia melanjutkan, “Terima kasih karena telah memberi kami xuanchuan.” Kata itu memiliki beberapa padanan; kadang-kadang artinya “publisitas,” dan kadang-kadang “propaganda.” Wakil Direktur Liu tersenyum dan berkata, “Fuling adalah contoh kota Cina yang pantas diketahui oleh orang Amerika.”
!break!
Sebagai penulis, saya tidak menghendaki perubahan, tetapi Fuling mengingatkan saya bahwa kata-kata berubah secepat kilat. Makna turut berubah bersama usia dan sudut pandang—sama halnya dengan White Crane Ridge, dengan tulisan-tulisan yang maknanya berubah saat dilihat dari museum bawah air.
Kini siapa pun yang membaca River Town mafhum bahwa Cina telah menjadi kekuatan baru di bidang ekonomi dan Waduk Tiga Ngarai telah selesai dibangun, dan ini mengubah cerita. Saya tidak akan pernah mengetahui pendapat penduduk Fuling pada 1998 tentang buku saya karena mereka juga telah berubah.
Masyarakat urban Cina kini memiliki kepercayaan diri baru; dunia luar tidak terasa sejauh dan semengancam dahulu. Saking pesatnya kehidupan berjalan, masa 1990-an terasa sekuno foto hitam putih. Baru-baru ini saya mendapatkan surel dari Emily: “Seiring waktu, segala sesuatu di bukumu menjadi menawan, termasuk bunga-bunga lusuh dan layu.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR