Bekerja dua bulan di bidang konstruksi di Norwegia atau Swedia memungkinkan seseorang mampu membeli rumah dan tanah di Transylvania. Seperti dalam masyarakat Transylvania lainnya, jumlah ternak di Csíkborzsova—sebuah desa yang elok di timur—merosot tajam dari 3.000 sapi dan 5.000 domba pada 1990 menjadi 1.100 sapi dan 3.500 domba pada 2012.
Adanya pekerjaan alternatif menyebabkan jumlah ternak lebih sedikit.Jumlah ternak yang lebih sedikit menyebabkan berkurangnya kebutuhan akan jerami, dan menurunnya jumlah jerami yang diperlukan, berarti padang rumput tidak dipotong.
Hutan mulai merayap kembali menghampiri padang. Saat naungan pohon mendekat, bunga padang rumput menghilang. “Kami melihat pohon cemara tumbuh di punggung bukit di selatan,” ujar Rozalia Ivácsony tentang padang rumput tetangganya di Csíkborzsova barat.
“Pria tua itu meninggal, dan anak-anaknya tidak menginginkannya.” Mengenai keluarganya sendiri, “anak-anak datang dan menikmati pemandangan, makan dan minum, lalu pergi. Kami mengajari mereka semua untuk tidak menjadi petani. Tanah ini”—dia melambaikan tangannya perlahan ke sekeliling lereng bukit yang dipotong dengan indahnya—“sekarang tidak berguna. Tidak ada orang asing yang menginginkannya dan tanah itu akan telantar.”
!break!
Uang asing yang diterima anak-anak muda yang bekerja di luar negeri, mulai membanjiri pedesaan ini. Rumah yang “di masa komunis setara dengan enam tumpukan jerami,” seperti yang disampaikan petani Gheorghe Paul dari Breb, di Maramureş, “sekarang harganya tidak kurang dari 500 tumpukan jerami.” Rumah kayu tua telah dirobohkan atau diperbarui.
Sebagai gantinya, berdiri rumah-rumah besar dengan microwave di atas meja melamin, dan alat pemanggang setinggi mata menghadap ke ladang pertanian lama yang masih bertahan: ayam dan kalkun mematuk-matuk di bawah pohon prem (Prunus). Sapi menunggu dengan sabar di kandangnya yang rendah dan gelap. Babi mendengus di kandangnya dan kakek-kakek membawa jerami dari padang rumput.
Masalah ini diperburuk oleh pemerintah Rumania saat bergabung dengan Uni Eropa pada 2007. Definisi kaku tentang alokasi hibah dana Eropa menyebabkan sekian banyak peternakan kecil di Transylvania tidak mendapatkan Euro. Lebih dari 70 persen lahan pertanian telah dibagi-bagi dalam beberapa generasi, dan lahan ini terlalu kecil bagi para birokrat Rumania di Bukares sehingga tidak dianggap sebagai lahan peternakan.
Uni Eropa menetapkan, tanah dengan luas kurang dari sepertiga hektare bukanlah lahan yang memenuhi syarat. Padahal, sebagian besar ladang Transylvania lebih kecil daripada itu. Jumlah sapi telah meningkat di beberapa peternakan besar, tetapi peraturan kebersihan yang dirancang untuk perusahaan susu Jerman dan Skandinavia berteknologi tinggi, berdampak pada kelangsungan hidup cara lama.
Keju lembut misalnya, selalu dibuat di bak kayu. Uni Eropa bersikeras bahwa keju harus dibuat di atas meja baja tahan karat.
Tatkala sadar bahwa dunia mereka memudar, penduduk ingin melindunginya. “Saya ingin mempertahankan lahan yang telah dibangun oleh ayah dan kakek saya,” kata Józef Szőcs. Dan, di sana-sini, dengan cara sederhana, mereka mulai mengendalikan kehidupannya sendiri. Organisasi pelestarian lokal mulai digiatkan.
Sebelumnya, susu hasil pedesaan dibeli perusahaan susu besar yang mengelola pusat pengumpulan susu dan mengendalikan harga. Sejak 2006, satu atau dua komunitas, termasuk Csíkborzsova, mendirikan pusat pengumpulan susu sendiri, membeli peralatan penyimpanan dan pendingin, serta membangun sistem kebersihan sesuai standar Uni Eropa.
Setiap petani yang membawa susu dalam ember ke tempat pengumpulan mendapatkan imbalan—tetapi hanya jika susunya bersih dan berkualitas.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR