Akibatnya, di Eropa mulai bermunculan paham sekulerisme yang mengharuskan lembaga negara harus terpisah dari unsur agama dan kepercayaan. Penganut sekularisme di Eropa pasca terbentuknya Republik Prancis yakin, penyekatan antara kuasa dan agama dapat menunjang kebebasan manusia.
Pengaruh Prancis pun tiba ke Belanda yang saat itu sedang bangkrut akibat kalah perang dengan Inggris. Sejarawan Simon Schama pada 1977 menulis buku Patriots and Liberators, Revolution in the Netherlands 1780-1813.
Akibat ketidakpuasan rakyat Belanda atas William V, kalangan patriot atau revolusioner Belanda melakukan pembelotan, dan menguasai beberapa provinsi. Aksi itu berujung pada revolusi Batavia sekitar 1794-1795.
Ketika Prancis tiba di Belanda, tulis Schama, kalangan patriot menyambut baik, dan berharap bisa membebaskan Belanda dari tirani. Pihak militer Belanda yang menaruh dukungan pada Prancis, salah satunya adalah Herman Willem Daendels.
Baca Juga: Selidik Tjamboek Berdoeri dan Catatan Terlupakan Revolusi Indonesia
Revolusi itu pun melahirkan Republik Batavia yang berusia sementara, dan dilanjutkan oleh Kerajaan Hollandia yang keduanya dipengaruhi urusan Prancis. Bahkan, Louis Bonaparte yang merupakan adik Napoleon menjadi raja di sana.
"Rakyat Belanda menerima sebagai rajanya, adik laki-laki Napoleon, Louis. Empat tahun masa pemerintahannya merupakan salah satu episode paling aneh dalam sejarah Belanda," tulis sejarawan bidang Eropa Herbert H. Rowen dan Michael J. Wintle di Britannica Encyclopedia.
"Louis Bonaparte adalah orang asing di negeri itu, namun dia memperhatikan kepentingannya, menghindari perintah saudaranya dan memenangkan rasa hormat, jika bukan kasih sayang, dari rakyatnya."
Louis Bonaparte pun mengangkat Herman Willem Daendels sebagai kolonel jenderal pada 1806, dan selanjutnya diutus sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1807. Alasan mengapa Daendels dipilih olehnya, lantaran ingin membersihkan Pulau Jawa dari pengaruh Inggris.
Baca Juga: Misteri Penis Kecil Napoleon yang Berpindah-pindah Tangan Lintas Benua
Djoko Marihandono, sejarawan Universitas Indonesia, menulis dalam artikel jurnal Upaya Pemberantasan Korupsi di Hindia Timur terkait peran Daendels. Kehadirannya di Hindia Belanda memodernisasi adminsitrasi koloni.
Secara politik sendiri, Daendels diharapkan Louis dapat menjaga martabat modernisasi yang dilakukan Prancis.
Terbukti, ia pun berhasil menumpas berbagai praktik korupsi yang sudah membudaya di Hindia Belanda sejak zaman VOC. Meski demikian keadilan hukum masih belum begitu tegak di kalangan pejabat lokal, yang nantinya berbuah Perang Dipanegara.
Baca Juga: Herman Willem Daendels dalam Pemberantasan Korupsi di Hindia Belanda
Source | : | berbagai sumber,britannica |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR