Salah seorang di antaranya melangkah keluar dari truk. Dia lelaki berjanggut abu-abu, mengenakan thobe bernuansa abu-abu, jubah klasik pria Saudi. Dia membawakan hadiah untuk kami. “Ini kebiasaan kami,” kata lelaki bernama Abu Saleh itu. Tangannya yang kapalan menyapu gurun di sekitarnya. “Kami menyambut semua pelancong.”
Abu Saleh meninggalkan kami dengan ucapan selamat tinggal yang sederhana. Hadiah darinya: kebaikan berupa sumur kecil—mangkuk baja penyok yang dipenuhi susu unta.
Dibangun karena kebutuhan, sumur-sumur di Hijaz tua telah memudar, melunak, terkikis menjadi objek keindahan dan perenungan.
Pangkalan sumber air ini, yang selalu berjarak satu hari perjalanan, paling awal didirikan oleh Khalifah Umar pada 638 Masehi. “Pelancong adalah orang yang paling layak menerima perlindungan,” katanya, sebelum merintis tempat peristirahatan yang paling canggih di dunia kuno. Pada sejumlah titik di jalur para peziarah ke Mekkah, beliau membangun benteng, waduk, penginapan, kebun kurma, rumah sakit, kanal, bahkan penanda jarak.
Kami mengikuti jalur yang sama—jaringan jalanan gurun yang dibentuk oleh sekian banyak unta yang hilir mudik, dan kaki bersandal yang tak terhitung jumlahnya. Para cendekiawan dari Timbuktu minum dari sumur tersebut. Begitu pula pedagang Spanyol yang mencari kemenyan. Tak lupa, para penjelajah Eropa abad ke-19 yang terbakar matahari ketika menjelajahi Hijaz dengan menyamar sebagai peziarah.
Di sebelah utara kota Al Wajh, kami membongkar barang bawaan dari kedua unta kami di sumur yang benar-benar diabaikan oleh lalu lintas jalan bebas hambatan yang melaju cepat. Sumur ini, yang bernama Al Antar, telah menjadi usang satu abad yang lalu seiring dengan diciptakannya kapal uap. Saya membungkuk di bibir sumur. Embusan udara lembap melayang naik dari kegelapannya, menyejukkan pipi saya. Saya mendengar lantunan nyanyian burung yang terperanjat dari suatu tempat jauh di bawah sumur.
Saya berpikir: Arab sarat dengan berbagai hal terlupakan yang mengerikan.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR