"Saya tertarik pada tempat-tempat yang ditinggalkan penghuninya, tempat yang sudah hancur berantakan dan membusuk," katanya. Umumnya dia menyukai keheningan dan margasatwa—alam liar yang tidak dirancang khusus.
!break!PADA AWAL HARI tanggal 26 April 1986, saat berlangsung proses untuk mematikan peralatan yang sudah dijadwalkan untuk pemeliharaan rutin, pekerja shift malam di reaktor Chernobyl nomor empat bertugas melakukan uji penting sistem keselamatan—uji yang seharusnya dilakukan hari sebelumnya, ketika staf lengkap yang lebih berpengalaman tengah bertugas.
Dalam waktu 40 detik, lonjakan listrik menyebabkan reaktor menjadi sangat panas, memecahkan beberapa wadah bahan bakar dan dengan cepat menyulut dua ledakan. Atap reaktor yang terbuat dari aspal mulai terbakar, dan, yang jauh lebih berbahaya, terbakar pula blok grafit yang merupakan inti reaktor. Segumpal asap dan puing-puing radioaktif melesat membubung tinggi ke atmosfer dan mulai mengarah ke utara menuju Belarusia dan Skandinavia. Dalam beberapa hari saja reruntuhannya menyebar ke sebagian besar Eropa.
Sepanjang malam, petugas pemadam kebakaran dan kru penyelamat menghadapi bahaya langsung—api, asap, bongkahan grafit yang terbakar. Hal yang tidak bisa mereka lihat atau rasakan—yang baru terlihat dan terasa berjam-jam atau berhari-hari kemudian, ketika tanda-tanda radioaktif mulai muncul dengan jelas—adalah racun yang tak terlihat. Isotop cesium, yodium, strontium, plutonium. Paparan radioaktif yang mereka terima mencapai 16 sievert, jauh lebih banyak daripada radiasi yang sanggup ditahan tubuh manusia. Dari gedung-gedung bertingkat di Pripyat, yang berjarak tiga kilometer, pekerja Chernobyl dan keluarga mereka berdiri di balkon dan menonton cahaya itu.
Pada pagi harinya, penduduk Chernobyl melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti belanja, kelas pagi di hari Sabtu, piknik di taman. Baru beberapa waktu kemudianlah, 36 jam setelah kecelakaan itu, evakuasi dimulai. Warga diminta membawa persediaan yang mencukupi untuk 3-5 hari dan tidak membawa hewan peliharaan. Yang tersirat adalah bahwa setelah pembersihan yang dilakukan dengan cepat, mereka akan kembali ke rumah. Ternyata tidak begitu. Para petugas penyelamat dengan cepat memasuki kawasan bencana dan mulai membuldoser bangunan dan membenamkan tanah lapisan atas. Kawanan anjing langsung ditembak mati saat terlihat. Hampir 200 desa dikosongkan.
Yang mengherankan, jumlah korban yang langsung tewas ternyata hanya sedikit. Tiga pekerja tewas saat terjadi ledakan, dan 28 lagi tewas dalam waktu satu tahun akibat keracunan radiasi. Namun, sebagian besar efek radiasi itu baru terungkap dengan sangat lambat. Sejauh ini, sekitar 6.000 orang yang terpapar pada susu dan makanan lainnya yang tercemar radiasi ketika mereka masih kecil saat itu, terkena kanker tiroid. Berdasarkan data dari Hiroshima dan Nagasaki, angka kematian secara keseluruhan akibat kanker mungkin meningkat beberapa persen di antara 600.000 orang pekerja dan warga yang menerima dosis tertinggi, mungkin mengakibatkan ribuan kematian prematur.
Setelah kecelakaan itu, bangunan dari beton dan baja—disebut sarkofagus—dengan tergesa-gesa didirikan untuk “membungkus” reaktor yang rusak. Ketika sarkofagus itu runtuh dan bocor, dimulailah upaya yang secara optimistis dinamakan New Safe Confinement (Perlindungan Baru yang Aman), berupa lengkungan seberat 32.000 ton, dibangun di atas lintasan beroda sehingga lengkungan itu dapat diluncurkan ke tempatnya setelah selesai dirakit. Perkiraan terbaru: 2017. Sementara itu, pembersihan terus dilakukan. Menurut rencana yang disusun oleh pemerintah Ukraina, reaktor itu akan dibongkar dan lokasinya dibersihkan pada tahun 2065.
!break!HAL YANG PALING SAYA INGAT tentang waktu beberapa jam yang kami habiskan di Pripyat adalah suara dan perasaan saat berjalan di atas pecahan kaca. Berjalan melalui bangsal rumah sakit bobrok yang berisi tempat tidur dan buaian bayi kosong serta kamar operasi yang dipenuhi sampah yang berserakan. Melalui lorong sekolah, menginjak gundukan buku yang jilidnya sudah lepas-lepas.
Di ruangan lain, masker gas bergelantungan dari langit-langit dan ditumpuk menggunung di lantai. Masker gas itu mungkin ditinggalkan di sana, begitu kata pemandu kami, oleh para "penguntit", yakni pengunjung tak berizin yang menyelinap ke kawasan tersebut. Pada awalnya mereka datang untuk mengais barang yang ditinggalkan warga, kemudian untuk menantang diri sendiri menjajal bahaya. Mereka minum air Sungai Pripyat dan berenang di teluk Pripyat, berani menghadapi radiasi dan seakan menantang para penjaga untuk menangkap mereka. Seorang penguntit yang saya kenal di kemudian hari di Kiev mengatakan dia sudah pernah seratus kali ke Chernobyl. "Dulu, saya membayangkan kawasan itu tempat yang luas dan tandus—tempat kosong yang mengerikan," katanya. Yang disaksikannya justru sebaliknya, dia menemukan hutan dan sungai, kecantikan alam yang terkontaminasi.
Grup wisata kami berjalan di sepanjang tepi kolam renang yang kering kerontang, dan di seberangnya tampak lantai ruang olahraga yang sudah lapuk. Bangunan demi bangunan, semuanya melapuk. Kami mengunjungi reruntuhan Istana Budaya, membayangkannya semarak oleh alunan musik dan tawa, dan sebuah taman hiburan kecil dengan kincir besar berwarna kuning. Dengan menaiki 16 anak tangga—makin banyak kaca berderak karena injakan kaki—kami berhasil mencapai puncak salah satu bangunan apartemen tertinggi. Pegangan tangan dari logam telah dilucuti demi keamanan. Pintu yang sudah dicongkel tampak terbuka, menampakkan kerangka lift.
Dari atap kami memandang ke jalanan dan taman yang dulu pasti megah dan indah—sekarang semuanya ditumbuhi semak liar. Pripyat, yang pernah dijuluki sebagai kota teladan Uni Soviet, surga pekerja, perlahan-lahan diserap kembali oleh bumi.
!break!KAMI MENGHABISKAN MALAM di kota Chernobyl. Usia kota ini delapan abad lebih tua daripada Pripyat, penampilannya sekarang seperti pangkalan militer Perang Dingin, pusat kegiatan pengisolasian tanpa akhir. Kamar hotel saya yang berpenampilan dingin tampak seperti benda museum yang berisi kehidupan di masa Uni Soviet. Tingkat radiasi di kamar saya tidak lebih besar daripada yang saya ukur di rumah saya di Amerika.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR