Adakah insting satwa akan bencana alam? Bisakah mereka digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan prediksi?
Sekelompok orang berkumpul di Loolout Point di Corona del Mar, California, Amerika Serikat, pada Jumat (11/3). Mereka mencari tanda-tanda datangnya tsunami setelah gelombang tinggi menerjang Jepang. "Rencananya, ketika hewan lari, kami juga ikut lari," kata Michelle Hobson. saat itu banyak anjing menyalak, tapi tidak satu pun menunjukkan tingkah laku yang di luar kebiasaan. Lama menunggu, yang dinanti tak datang. Orang-orang pun bubar.
Beberapa cerita bencana sering diikuti oleh cerita seputar tingkah laku binatang yang aneh. Setelah terjadi gempa dan tsunami di Sumatra pada 2004, beberapa berita (yang mungkin terlalu ekstrem) menyebutkan kalau tidak ada binatang terbunuh tsunami karena insting telah menuntun mereka untuk evakuasi ke tempat tinggi.
Hewan memiliki kemampuan extrasensory perception (ESP)--semacam insting. Meskipun demikian, tidak berarti hewan punya indra lebih banyak daripada manusia. "Indra mereka lebih sensitif," demikian tulis analis Benjamin Radford. "Anjing punya kemampuan membaui yang sangat hebat, burung dapat melakukan migrasi dengan 'membaca' kondisi langit, kelelawar dapat mendeteksi makanan dengan pantulan suara," tulis Radford.
Hewan dapat membaca getaran dan perubahan pada tekanan udara dari sebuah arah. Getaran atau perubahan tekanan tersebut bisa berarti mereka harus bergerak ke arah berlawanan. Ketika satu atau dua ekor merasakan bahaya, segerombolan besar bisa bereaksi. "Satu saja yang mendapat sinyal, lainnya mengikuti," jelas Radford.
Dengan teknologi, peringatan tsunami dapat diberikan segera setelah gempa bumi sehingga jumlah korban bisa diminimalkan. (Sumber: Discovery News)
REKOMENDASI HARI INI
Kaum Parthenia, Anak-Anak Tidak Sah dari Wanita Sparta Yunani Kuno
KOMENTAR