Ilmuwan merekayasa gen sapi sehingga menghasilkan susu yang nutrisinya mirip dengan ASI.
Para ilmuwan di balik penelitian berharap susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi tersebut dapat menjadi alternatif bagi para ibu yang kesulitan memberi ASI pada bayi. Susu ini juga jadi pengganti susu formula yang penggunaannya sering menuai kritik.
Profesor Nang Li, ilmuwan yang memimpin peneliti dan direktur State Key Laboratories for AgroBiotechnologi dari China Agricultural University menegaskan kalau susu ini seaman susu biasa yang berasal dari sapi. "Rasanya saja sedikit lebih menyengat," katanya. Ia berencana melakukan penelitian panjang, 10 tahun atau lebih, untuk membuat susu ini siap dikonsumsi.
Secara natural ASI sudah mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin dalam kadar yang tepat bagi bayi untuk tumbuh. ASI juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi agar dapat selamat dari infeksi pada masa-masa awal. ASI mengandung lisozim, protein antibakteri yang membantu melindungi bayi dari infeksi bakteri pada masa-masa awal kehidupan. ASI juga mengandung laktoferin dan alfa-laktalbumin.
Sementara itu, susu sapi hanya menyediakan nutrisi dasar. "Tapi masalah seperti pencernaan dan penyerapan membuat susu sapi bukan makanan sempurna untuk manusia," kata Li.
Untuk membuat susu sapi memiliki nutrisi yang sama dengan ASI, peneliti memasukkan gen manusia ke dalam DNA sapi. Susu hasil rekayasa genetika ini juga mengandung protein dalam ASI lain, seperti laktoferin dan alfa-laktalbumin. Mereka juga berhasil meningkatkan kandungan lemak sehingga semakin mirip ASI. Profesor Li menyebutnya, "Memanusiakan susu sapi."
Kontroversi
Makanan yang dihasilkan dari modifikasi gen masih menjadi perdebatan dalam hal keselamatan. Saat ini makanan seperti itu hanya dapat dijual di Inggris dan Eropa. Itu pun setelah melewati rangkaian panjang tes keselamatan. Di pasar, konsumen mencari makanan yang bebas dari rekayasa genetika.
Para penentang rekayasa genetika mengatakan kalau teknologi tersebut tidak hanya belum tentu amat dikonsumsi, tapi juga memiliki ancaman bagi lingkungan. Sementara itu, ilmuwan di bidang ini merasa makanan hasil rekayasa genetika nyaris tak mungkin jadi ancaman terhadap kesehatan. "Makanan hasil modifikasi gen tidak akan berbahaya kecuali ada gen pemicu racun dimasukkan," kata Profesor Keith Campbell, ahl biologi dari University of Nottingham. "Makanan hasil modifikasi genetika tidak akan berbahaya jika dilakukan dengan benar. Malah bisa membuat keuntungan bagi pelanggan karena produknya lebih baik," tambahnya. (Sumber: The Telegraph)
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR