Nationalgeographic.co.id—Tampak seperti Mata Sauron dari trilogi Lord of the Rings, keberadaan sebuah gunung berapi bawah laut kuno perlahan-lahan terungkap pada 3.100 meter atau 10.170 kaki di bawah permukaan laut. Letaknya 280 kilometer atau 174 mil di tenggara Pulau Christmas.
Tim O'Hara, Kurator Senior Invertebrata Laut dari Museums Victoria yang terlibat dalam penemuan gunung berapi bawah laut ini, menjelaskan dalam tulisannya di The Conversation bahwa sebelumnya tidak diketahui dan tidak terbayangkan, gunung berapi ini muncul dari layar kita sebagai depresi berbentuk oval raksasa yang disebut kaldera. Kaldera gunung berapi bahwa laut ini memiliki lebar 6,2 kilometer kali 4,8 kilometer.
"Itu dikelilingi oleh tepi setinggi 300 meter (menyerupai kelopak mata Sauron), dan memiliki puncak berbentuk kerucut setinggi 300 meter di tengahnya ('pupilnya')," papar O'Hara dalam tulisan tersebut.
Kaldera terbentuk ketika gunung berapi runtuh. Magma cair di dasar gunung berapi bergeser ke atas, meninggalkan ruang kosong. Kerak padat tipis di permukaan kubah magam kemudian runtuh, menciptakan struktur seperti kawah besar. Seringkali, puncak baru yang kecil kemudian mulai terbentuk di tengah saat gunung berapi terus memuntahkan magma.
Salah satu kaldera yang terkenal adalah kaldera di Krakatau di Indonesia, yang meletus pada tahun 1883. Letusan ini menewaskan puluhan ribu orang dan hanya menyisakan sedikit tepi gunung yang terlihat di atas ombak. Pada tahun 1927, sebuah gunung berapi kecil, Anak Krakatau ("anak Krakatau"), telah tumbuh di tengahnya.
"Sebaliknya, kita bahkan mungkin tidak menyadari adanya letusan gunung berapi ketika terjadi jauh di bawah laut. Salah satu dari sedikit tanda yang ada adalah keberadaan rakit batu apung ringan yang mengambang di permukaan laut setelah diledakkan dari gunung berapi bawah laut. Akhirnya, batu apung ini menjadi tergenang air dan tenggelam ke dasar laut," tulis O'Hara.
Baca Juga: Gunung Lumpur Bawah Air Meledak, Api Besar Berkobar di Laut Kaspia
Gunung berapi "Mata Sauron" ini tidak sendirian. Pemetaan lebih lanjut ke selatan mengungkapkan adanya sebuah gunung laut yang lebih kecil yang ditutupi banyak kerucut vulkanik, dan lebih jauh lagi ke selatan adalah gunung bawah laut yang lebih besar dan datar.
"Mengikuti tema Lord of the Rings, kami menjulukinya Barad-dûr ('Benteng Gelap') dan Ered Lithui ('Pegunungan Abu')," beber O'Hara.
Mata Sauron, Barad-dûr, dan Ered Lithui ini adalah bagian dari gugusan gunung bawah laut Karma yang sebelumnya diperkirakan oleh para ahli geologi berusia lebih dari 100 juta tahun. Gugungan gunung bawah laut ini terbentuk di sebelah punggungan laut purba dari masa ketika Australia terletak lebih jauh ke selatan, dekat Antarktika.
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Kenapa Gunung Api di Indonesia Sangat Berbahaya
Penemuan sejumlah gunung bawah laut ini terjadi pada hari ke-12 perjalanan penjelajahan O'Hara dan rekan-rekannya ke Wilayah Samudra Hindia Australia. Penjelajahan ini dilakukan di atas kapal penelitian laut khusus CSIRO, RV Investigator.
"Misi kami adalah memetakan dasar laut dan mengamati kehidupan laut dari bentang laut kuno dan terpencil ini. Pemerintah Australia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk membuat dua taman laut besar di seluruh wilayah. Ekspedisi kami akan menyediakan data ilmiah yang akan membantu Parks Australia mengelola kawasan ini di masa depan," ungkap O'Hara.
Banyak ilmuwan dari sejumlah museum, universitas, CSIRO, dan Bush Blitz di seluruh Australia ikut serta dalam pelayaran tersebut. "Kami hampir menyelesaikan bagian pertama dari perjalanan kami ke wilayah Pulau Christmas. Bagian kedua dari perjalanan kami ke wilayah Pulau Cocos (Keeling) akan dijadwalkan pada tahun depan atau lebih."
"Tidak diragukan lagi banyak hewan yang kami temukan di sini akan menjadi baru bagi sains dan menjadi catatan pertama kami tentang keberadaan mereka yang berasal dari wilayah ini. Kami mengharapkan lebih banyak penemuan mengejutkan," kata O'Hara.
Baca Juga: Studi Terbaru: Longsoran Anak Krakatau pada 2018 Mampu Mengubur London
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR