Monyet ekor panjang di Pantai Siung, Gunungkidul, Yogyakarta, diekspor ke China untuk dijadikan bahan penelitian dan percobaan. Hal ini diwacanakan pemerintah kabupaten karena monyet ekor panjang di Gunungkidul menjadi hama yang mengganggu petani setempat.
Saat ini ada sekitar 7.000 ekor spesies monyet ekor, tersebar di 6 kilometer sepanjang pantai-pantai Gunungkidul. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Gunungkidul Anik Indarwati mengaku resah dengan serangan monyet ekor panjang di lahan pertanian petani. Serangan monyet ekor panjang, hingga kini sudah merambah wilayah Wonosari,Tepus, Panggang, Purwosari, Paliyan, Semin, Girisubo, dan Ponjong dan merusak tanaman palawija para petani. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah setempat menyampaikan solusi ekspor monyet ke China. "Monyet ekor panjang bukan hewan langka yang dilindungi," katanya.
IUCN memasukkan primata ini ke dalam belum terancam punah. CITES pun demikian, tapi dengan catatan: perdagangan harus dikontrol untuk mencegah pemanfaatan di luar ambang kelangsungan hidup monyet ekor panjang.
Sudarli, Ketua Permukim Pantai Siung menyayangkan hal tersebut. "Saya tidak setuju kalau monyet-monyet tersebut dijual atau dibunuh," tambahnya. Untuk masalah yang dihadapi penduduk, Sudarli menawarkan solusi penanaman jambu biji. "Benihnya akan disebar di sepanjang pantai," jelas Sudarli. Penanaman jambu biji yang jadi makanan monyet ini dinilainya mampu mencegah serangan mereka ke tanaman penduduk.
Sementara itu, Dishutbun mengaku kesulitan melakukan konservasi monyet ekor panjang. "Kurang lebih 13.000 hektare hutan di sini adalah hutan produksi yang tidak memungkinkan untuk dijadikan lahan konservasi. Tapi, untuk jangka panjang, kami mungkin akan melakukan perbaikan habitat dan juga menjaga kelestarian lingkungan," lanjutnya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
'Merangkul' Kematian, Gereja di Roma Ini Dihiasi 4.000 Tengkorak
KOMENTAR