Dengan alasan untuk membangun lahan konservasi badak jawa, hutan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dibabat. Pembabatan dilakukan untuk membangun pagar beraliran listrik dan jalan.
Pembabatan yang dilakukan Kementerian Kehutanan itu sudah dimulai sejak 20 Juni 2011 dengan payung program "Javanese Rhino Sanctuary" (JRS). Menurut rencana, setelah pembabatan selesai akan dilakukan pemagaran berlistrik di sisi timur sepanjang 20 kilometer dan di sisi barat sepanjang 2 kilometer sebagai pembatas kandang badak. Setelah proyek ini selesai, JRS akan berada di tengah TNUK dengan luas 3.000 sampai 4.000 hektare serta dibatasi laut di sisi utara dan selatannya.
JRS yang dibangun bersama Yayasan Badak Indonesia bertujuan untuk memudahkan peneliti mempelajari badak jawa (Rhinoceros sondaicus) yang jumlahnya diperkirakan hanya tinggal 50 ekor. WWF Indonesia menyebutkan, jumlah satwa endemik Jawa ini di TNUK hanya 29 ekor.
Namun sejumlah aktivis lingkungan mempertanyakan langkah yang diambil Kemenhut tersebut. Pasalnya, jalan inspeksi akan mempermudah perambahan taman nasional sedangkan pagar berlistrik bisa menghambat migrasi satwa. Menurut Marcellus Adi, dokter hewan yang terjun di konservasi Sumatran Rhino Sanctuary Waykambas, Lampung, sebagaimana dikutip Kompas, "Pagar menghalangi fauna melarikan diri jika ada tsunami atau letuan Gunung Krakatau seperti yang terjadi pada tahun 1883."
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Bobo Fun Fair x Jelajah Kuliner Bintang Hadir di Uptown Mall BSB City Semarang
KOMENTAR