Para peneliti kemudian memperoleh sampel dari usap hidung 35 orang dewasa dengan Covid-19 dari April hingga September 2020, mulai dari gejala ringan hingga sakit kritis. Mereka juga mendapatkan sampel dari 17 subjek kontrol dan enam pasien yang diintubasi tetapi tidak memiliki Covid-19.
Dari penelitian tersebut, tim membandingkan usapan nasofaring dari orang-orang dengan tingkat keparahan penyakit Covid-19 yang berbeda. Pada orang dengan Covid-19 ringan atau sedang, sel epitel menunjukkan peningkatan aktivasi gen yang terlibat dengan respons antivirus. Terutama gen yang dirangsang oleh interferon tipe I, yaitu protein alami yang diproduksi tubuh sebagai respon tubuh terhadap virus.
Pada orang yang mengembangkan Covid-19 parah, yang bahkan membutuhkan bantuan oksigen, respons melawan virusnya sangat tumpul. Secara khusus, sel-sel epitelnya memiliki respons yang diredam terhadap interferon, meskipun terdapat sejumlah virus di sana.
Baca Juga: Dokter Reisa Broto Asmoro: Anak di Indonesia Hadapi Situasi Sulit Selama Pandemi
Pada saat yang sama, hasil usap hidung mereka menunjukan jumlah makrofag yang tinggi dan sel kekebalan lainnya yang meningkatkan respon inflamasi. "Setiap orang dengan Covid-19 yang parah memiliki respon interferon yang tumpul sejak dini di sel epitel mereka dan tidak pernah mampu meningkatkan pertahanan," kata Ordovas-Montanes..
Menurutnya, memiliki jumlah interferon yang tepat pada waktu yang tepat dapat menjadi inti dari penanganan SARS-CoV-2 dan virus lainnya.
Source | : | Boston Children's Hospital,Jurnal Cell |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR