Nationalgeographic.co.id—Bisa ular tidak selalu menjadi mimpi buruk bagi manusia. Sebuah tim peneliti telah mengembangkan kemajuan medis berbasis bisa ular, yakni berupa "lem super" yang mampu bekerja cepat menghentikan pendarahan dalam waktu kurang dari satu menit.
Bioadhesive alami ini lebih cenderung "memiliki biokompatibilitas yang sangat baik", jelas para penulis dalam makalah studi baru mereka yang terbit di jurnal Science Advances pada 14 Juli 2021.
Selama ini degradasi dari perekat atau adhesive sintetis berpotensi menjadi racun di tubuh. Untuk memperbaiki kegagalan tersebut, para peneliti membuat gel bioadhesive yang mengandung bisa ular Bothrops atrox.
Bagaimana cara bekerjanya?
Bothrops atrox adalah satu ular paling berbisa di Amerika Selatan. Ular berbisa ini biasa mengintai di dataran rendah tropis di Amerika Selatan untuk memangsa mamalia kecil, burung, dan reptil yang dapat ia bunuh dengan bisanya yang mampu menghancurkan sistem pembuluh darah mereka.
Bisa ular ini dapat menyebabkan pembekuan yang berlebihan sampai tubuh mangsa kehabisan kapasitasnya untuk membentuk gumpalan darah sama sekali dan berakhir dengan pendarahan yang berlebihan. Ini adalah kondisi yang disebut koagulopati konsumsi.
Para ilmuwan mengekstrak molekul reptilase (atau batroxobin) yang bertanggung jawab atas pembekuan darah dari bisa ular tersebut. Enzim ini sudah digunakan dalam tes diagnostik laboratorium untuk mengukur kadar fibrinogen, molekul yang diproduksi di hati kita yang diubah tubuh kita untuk digunakan dalam pembekuan darah.
Baca Juga: 'Tongkat' Ular Berusia 4.400 Tahun Ditemukan, Diduga Milik Dukun Kuno
Berdasarkan penelitian sebelumnya, tim menambahkan reptilase ke dalam gelatin metakrilat untuk mengembangkannya menjadi perekat jaringan yang bekerja cepat. Gelatin sebelumnya menunjukkan harapan dalam cara ia dapat dikontrol dan diatur menggunakan cahaya, tetapi tidak dapat menempel dengan baik di hadapan darah. Penambahan reptilase menyelesaikan kekurangan itu dengan cepat.
"Selama trauma, cedera, dan pendarahan darurat, 'lem super' ini dapat diterapkan hanya dengan meremas tabungnya dan menyinari cahaya tampak, seperti penunjuk laser, di atasnya selama beberapa detik. Bahkan senter smartphone bisa melakukan pekerjaan itu," ujar Kibret Mequanint, seorang bioengineer dari Western University yang menjadi salah satu penulis studi tersebut, seperti dilansir Science Alert.
Dengan cepat mengubah fibrinogen menjadi fibrin pembentuk gumpalan, reptilase dapat menutup luka hanya dalam waktu 45 detik. Ini adalah separuh waktu dari waktu tercepat dalam bidang yang disebut lem fibrin ini.
Baca Juga: Kenali Tujuh Jenis Bisa Ular di Indonesia dan Pahami Dampaknya
Para peneliti telah menguji "lem super" bisa ular ini pada luka pendarahan besar, seperti luka kulit dalam dan aorta yang pecah, pada tikus. Penggunaan lum super ini bahwa tidak memerlukan jahitan tambahan atau dicuci dengan darah.
"Kami membayangkan bahwa 'lem super' jaringan ini akan digunakan dalam menyelamatkan nyawa di medan perang atau trauma kecelakaan lainnya seperti kecelakaan mobil," kata Mequanint.
"Aplikatornya juga mudah masuk ke kotak P3K," ujarnya optimistis.
Bagaimanapun, lem super ini masih harus menjalani uji klinis sebelum kita dapat mencapai titik itu. Semoga ke depannya lem super alami ini bisa benar-benar bermanfaat bagi banyak orang yang membutuhkannya.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR