Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat mengumumkan pelarangan impor terhadap Burmese Python (Python molurus bivittatus), atau ular phyton asal Myanmar setelah upaya pemberantasan ular raksasa tersebut di Everglades National Park, Florida terus mengalami kegagalan.
Ken Salazar, Menteri Dalam Negeri AS yang mengumumkan pelarangan tersebut, pelarangan tersebut akan berlaku efektif 60 hari setelah diumumkan. Nantinya, impor ular dari luar negeri ataupun melewati batas negara bagian di dalam negeri akan dilarang. “Langkah yang kami ambil merupakan upaya untuk melindungi kawasan Everglades,” kata Salazar.
Menurut para biolog, sebagian besar ular phyton yang ada di taman nasional Everglades diperkirakan berawal dari ‘hewan peliharaan’ yang dilepas oleh pemiliknya saat si empunya menyadari bahwa hewan tersebut bisa tumbuh dari hanya 30 centimeter menjadi 3,65 meter hanya dalam dua tahun pertama dalam hidup ular tersebut.
Selain pelarangan terhadap Burmese python, yang kini telah menjadi salah satu spesies yang paling infasif dalam sejarah Amerika Serikat, pemerintah juga melarang impor Yellow anaconda serta African python. Selain hewan-hewan tersebut, spesies invasif lain di kawasan Florida antara lain adalah kadal Nile dan tikus Afrika berukuran sebesar rakun.
Khusus Burmese python, hewan yang berasal dari Asia Tenggara tersebut, telah menjadi legenda di kawasan Everglades sejak penampakan pertamakali di pertengahan 1970an. Dengan gigi setajam silet, mereka diketahui memakan apapun yang bergerak di taman nasional tersebut. Mulai dari mamalia sampai burung.
Tahun lalu, seekor python sepanjang 4,8 meter ditemukan telah menelan seekor rusa seberat 34 kilogram. Tahun 2005 lalu, seekor python lain ditemukan tewas bersama seekor buaya berukuran 1,8 meter. Tampaknya ular itu tewas karena tersedak saat akan menelan buaya itu.
Upaya pemberantasan python di kawasan taman nasional Everglades semakin sulit karena hewan peremuk tulang itu telah beranak pinak di kawasan padang rumput dan rawa-rawa di sana. (Sumber: Scientific American, Reuters)
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR