Meski menyandang status negara kaya satwa, konservasi satwa dilindungi di Indonesia dinilai masih minim. Padahal konservasi ini berguna untuk menyelamatkan satwa-satwa yang populasinya hampir punah.
Salah satu pengurus Lembaga Raptor Indonesia, Zaini Rakhman, mengatakan, satwa-satwa yang dilindungi di Indonesia masih luput dari perhatian banyak pihak. Ia mencontohkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Raptor Indonesia tahun 2004-2010, populasi elang menurun. Penyusutan ini, sebanyak 43,7 persen karena kerusakan hutan dan 54,3 persen karena perdagangan liar.
"Konservasi menjadi hal yang penting. Dan sangat perlu kesadaran masyarakat atas konservasi satwa ini," ujar Zaini, Rabu (29/2).
Untuk melakukan penyadaran masyarakat, kata Zaini lagi, diperlukan komitmen serius dan terus menerus untuk melakukan sosialisasi. Bentuknya pun dapat dilakukan dengan membagikan buku-buku tentang konservasi di tingkat sekolah.
Sementara itu, Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Darori berencana akan mewujudkan Yayasan Konservasi Indonesia. Yayasan ini sebagai upaya untuk mendorong konservasi terhadap satwa yang dilindungi.
"Kami akan terus mendorong upaya konservasi di Indonesia untuk menjaga kelangsungan hidup satwa yang dilindungi," papar Darori di Yogyakarta.
Sampai saat ini konservasi satwa yang dilindungi di Indonesia masih belum berjalan dengan maksimal. Buktinya masih banyak kasus pembunuhan satwa, perburuan liar, dan kasus lainnya yang menyebabkan penurunan populasi satwa. Misalnya saja, kasus orangutan di Kalimantan yang beberapa bulan lalu sempat menggegerkan masyarakat.
Terkait dengan yayasan konservasi ini, Darori belum bisa menjelaskan lebih lanjut. Namun, dalam yayasan konservasi ini, ia membutuhkan keterlibatan banyak pihak, baik dari masyarakat,peneliti, dan akademisi.
Gubernur Yogyakarta Sultan HB X pun mendukung upaya konservasi satwa yang dilindungi. Ia berharap, kesadaran masyarakat untuk menjaga dan tidak memperjualbelikan satwa perlu dibudidayakan.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR