Nationalgeographic.co.id—Ketika membaca catatan semangat pelestarian budaya dari desa-desa, saya teringat bahwa kita juga memiliki catatan serupa pada abad ke-14. Catatan itu boleh dibilang 'laporan jurnalistik' pertama di Nusantara. Sang jurnalis begitu misterius, bernama pedengan Prapanca. Karya sohornya bertajuk Desawarnana, atau uraian desa-desa. Namun, kita telanjur mengenal karya itu dengan judul Negarakertagama.
Prapanca mengikuti rombongan sang raja dari pusat ibu kota sampai pinggir-pinggir desa. Selain berkisah tentang perjalanan, ia juga mencatat peristiwa sejarah, kondisi geografis, kehidupan sosial. Salah satunya, upaya desa-desa merawat tradisi dan tempat pemujaan warisan leluhur mereka, dan komitmen kerajaan dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya itu.
Hari ini, apa gambaran desa yang bersemayam di benak kita? Barangkali yang terlintas, desa adalah kawasan pinggiran yang sejajar dengan segala masalah keterbatasan: pendidikan, informasi, pelayanan kesehatan, kesempatan kerja, sampai prasarana publik. Kendati tidak keliru, gambaran itu muncul dari sudut pandang kota. Padahal, desa dan kota menghadapi sumber daya, geografi, populasi, dan kebutuhan yang berbeda.
Sampai hari ini desa-desa penjuru Nusantara sejatinya menjadi tumpuan pelestarian budaya, bahkan turut merawat warisan dunia. Saya melihat warga desa mampu bersama-sama menjaga tradisi dalam kehidupan sehari-hari. Perekatnya, ikatan komunitas yang kuat karena dibingkai pusaka keluarga atau leluhur.
Kita pantas menyebut desa budaya dan masyarakat adat menjadi tulang punggung bangsa. Boleh dikata, mereka menjaga dan melestarikan tradisi melalui pendidikan budaya, membentuk karakter masyarakat melalui pengetahuan yang dibangun lintas generasi, sekaligus menyediakan pangan dan sumber daya lainnya.
Pun, desa dan warisan budaya takbendanya tampil di garis depan dalam pelestarian lingkungan, perannya kian penting dalam mitigasi krisis iklim. Apabila kita mengakuinya, kita pun menghargai peran desa dalam sejarah dan masa depan kita.
Jurnalisme adalah mendongeng dengan tujuan. Cerita-cerita dalam edisi khusus ini bukan sekadar romantika untuk memuliakan desa, tetapi juga menyalakan semangat kita untuk terlibat dalam upaya pelestarian budaya.
Edisi Khusus Desa Budaya 'Desa Merawat Warisan Dunia' merupakan sisipan National Geographic Indonesia edisi Januari 2025, yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Siapa Sebenarnya Ne Zha dalam Mitologi Tiongkok? Berasal dari Bahasa Sanskerta?
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR