Sebuah riset oleh para peneliti yang dipimpin Kenneth Miller, ahli ilmu planet dan bumi Rutgers University, memperhitungkan akan terjadi kenaikan permukaan air pada samudra-samudra secara global. Riset ini terdapat dalam jurnal Geology yang baru terbit, Senin (19/3).
Mereka menyimpulkan ini lewat penelitian terhadap batuan karang dan inti tanah di Virginia, Eniwetok Atoll di Pasifik dan Selandia Baru. Juga dilakukan berdasarkan studi paleoklimatologi untuk Era Pliosen; yakni Bumi sekitar 5,3 juta sampai 2 juta tahun yang lalu, sebelum zaman es, ketika iklim relatif lebih hangat ketimbang sekarang.
Menurut Miller, mereka fokus meneliti ke lempengan yang berasal dari masa Pliosen 2,7-3,2 juta tahun lalu. "Saat terakhir kali tingkat karbon dioksida di atmosfer berada pada tingkat saat ini. Di periode akhir Pliosen itu, tingkat ketinggian permukaan laut rata-rata 22 meter," terangnya.
Bagaimana pun, kata Miller, hasil riset menyoroti tentang kerentanan lapisan es di muka Bumi ini terhadap pengaruh perubahan suhu. Keadaan temperatur atmosfer kini telah meningkat hingga dua derajat Celsius.
Sementara itu Direktur Program Division of Earth Sciences di National Science Foundation Richard Lane mengemukakan, perbedaan dalam volume air yang dikeluarkan setara dengan pencairan total seluruh lapisan es di Greenland serta Antartika Barat. Demikian juga dengan sebagian batas laut di lapisan es Antartika Timur.
"Kenaikan semacam ini dapat menimbulkan dampak bagi setidak-tidaknya 70 persen populasi dunia," tutur Lane.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR