Anda sudah akrab dengan Belitung tetapi belum pernah menginjakkan kaki ke Bangka, atau sebaliknya; kerap pelesir ke Bangka namun tidak sempat menengok Belitung? Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lewat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyumbangkan ide menarik lewat undangan Bangka Belitung Tour Operator dan Pers Tour 2012 yang dilayangkan kepada National Geographic Indonesia (NGI).
Dalam lawatan selama lima hari, NGI disuguhi keindahan nan lengkap, baik alam maupun budaya dari Provinsi Bangka Belitung (Babel). Dengan transportasi kapal cepat (jetfoil) sebagai penghubung kedua pulau. Cukup melayari Selat Gelasa—dulu dikenal sebagai Selat Gaspar--selama empat jam dan Anda bisa mendapatkan wisata paripurna mencakup kedua pulau itu. Dua nusa kesukaan Sir Thomas Stamford Raffles yang ia namai sebagai Duke of York Islands.
Chomsiyah Putra, Staf Promosi dan Pemasaran Disbudpar Babel yang menemani perjalanan NGI mengungkap, dengan mengunjungi dua nusa di Kepulauan Babel, nuansa wisata yang didapat bakal lebih lengkap. “Di Bangka, Anda dapat mencicipi kekayaan kuliner, destinasi sejarah, religi dan budaya, sementara di Belitung, Anda akan dimanjakan dengan keindahan alam bahari ditambah nuansa sejarah yang tercermin dari beberapa gedung kolonial,” tukas pria yang akrab disapa sebagai Pak Putra dan cakap berbicara lima bahasa daerah Nusantara.
Salah satu yang laik diapresiasi adalah Bangka Botanical Garden. Lahan kritis dikelola menjadi sebuah destinasi berwawasan edukasi. Edi Sukaedi, sang pengelola mengungkap, lahan bekas penambangan timah ditanami pohon-pohon pucuk merah, cemara dan nipah, juga dijadikan lokasi peternakan sapi perah.
“Kami juga menggali rawa-rawa untuk dijadikan kolam ikan nila, serta membuat biogas dari kotoran sapi,” imbuhnya. “Selain menerima tamu wisatawan dan anak-anak sekolah dari Bangka sampai Belitung yang berjumlah tidak kurang dari lima ratus orang per bulan, kami pun menerima petani yang ingin belajar beternak.”
Sedang di pusat kota Belitung, tidak jauh dari monumen batu satam dan ikan pedang, pada kawasan Kafe Senang terdapat Warung Kopi Ake. Peralatan menjerang air, tungku sampai penyaring kopinya berusia tua. Akiong, sang pemilik kedai sekaligus peracik kopi alias barrista mengungkap, alat-alat kerjanya berusia hampir seratus tahun.
Ia sendiri merupakan generasi ketiga dari pengusaha Warung Kopi Ake, sesudah kakek dan sang ayah. Salah satu benda paling menarik dari meja peracik selain peralatan serba besi adalah semacam dispenser buatan Inggris Raya. Unik, karena mengingatkan pengunjung kepada jejak sejarah bahwa Belitung pernah diduduki Inggris selain Belanda.
Jangan tunggu lama lagi, bersiaplah menjelajah Provinsi Babel yang sarat peninggalan sejarah, kekayaan kuliner serta memiliki panorama alam laut nan cantik. Bila waktu empat jam berlayar dirasa cukup lama, tersedia pula layanan pesawat udara setiap pagi yang menghubungkan bandara Depati Amir (Pangkalpinang, Bangka) dengan bandara Hanandjoeddin (Tanjungpandan, Belitung).
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR