Teknologi roket masih dipandang asing oleh masyarakat Indonesia karena dianggap sebagai teknologi berbahaya yang hanya berfungsi untuk pertahanan dan keamanan.
Hal inilah yang melatar belakangi pelaksanaan Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) 2012 di Pantai Congot, Kulonprogo, Yogyakarta, 7-10 Juni 2012. Kompetisi yang akan diikuti oleh 32 Perguruan tinggi Negeri dan Swasta seluruh Indonesia ini adalah kempat kalinya sejak tahun 2008 lalu.
Dengan tema Attitude Monitoring and Survellance Payload, kompetisi akan diprioritaskan lebih pada muatan roket. Ketua Umum Komurindo 2012, Budi Tri Siswanto mengatakan, teknologi kerdigantaraan khususnya roket belum banyak dikenal. Akibatnya sangat minim sekali tenaga ahli yang berkecimpung di dalamnya.
“Kompetisi ini bertujuan untuk mencari bibit unggul dari mahasiswa yang menguasai teknologi roket. Pasalnya, muatan roket yang dikompetisikan akan diriset kembali untuk perkembangan teknologi roket di Indonesia,” ujarnya dalam jumpa pers di Yogyakarta, Rabu (6/6).
Ia menjelaskan teknologi roket memiliki nilai banyak nilai strategis. Di antaranya keperluan pertahanan, pertanian, dan pemantau iklim. Nilai-nilai strategis ini belum banyak dikembangkan di Indonesia karena pengetahuan teknologi roket yang juga masih minim. “Teknologi roket masih kalah dengan robot. Robot sudah banyak dikembangkan untuk berbagai macam manfaatnya,” tambahnya.
Penanggung jawab Komurindo 2012 Sumayanto menambahkan, kompetisi muatan roket ini sudah banyak diminati oleh perguruan tinggi. “Setiap tahunnya mengalami peningkatan peserta. Ini adalah awal yang baik untuk mengembangkan teknologi kerdigantaraan dan peroketan di Indonesia,” jelasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR