Hampir 80 juta penduduk dunia kesulitan mendapatkan air bersih. Sedangkan jumlah lebih besar yakni 2,5 miliar penduduk belum memiliki fasilitas sanitasi. Data di tahun 2010 ini akan terasa mengena untuk kita, warga Indonesia, karena pencemaran air juga terjadi di beberapa wilayah di Nusantara.
Jakarta menjadi contoh, dengan 600 ton sampah per hari di Kali Ciliwung, menutup permukaan muara dan pinggiran pantai. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) yang memiliki 75 buah titik pantau air tanah dangkal menyebut, air di seluruh wilayah Jakarta tercemar, kecuali Jakarta Selatan.
Air yang dapat dikatakan baik hanya terdapat di Jakarta Timur, Selatan, sebagian Pusat dan Barat. 70 persen sumber pencemaran air di Jakarta berasal dari limbah domestik seperti sampah dan air kotor dari rumah-rumah penduduk.
"Mulailah berkeinginan mengubah perilaku dari diri sendiri dengan tindakan sekecil apapun yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat secara luas dengan perbuatan sederhana, seperti berhemat air, tidak membuang sampah dan kotoran rumah tangga ke sungai atau perairan umum," kata Asisten Deputi Menteri Lingkungan Hidup Urusan Pengendalian Kerusakan Ekosistem Darat Hermono Sigit yang hadir pada HSBC Water Festival di Ancol, Minggu (24/6).
Ditambahkan Hermono, usaha lain untuk menghargai air bisa dengan konservasi dalam bentuk menanam atau membuat sistem peresapan air. Usaha ini merupakan upaya perbaikan lingkungan.
Minggu (24/6) kemarin diadakan gerakan massal dari contoh konservasi ini, saat sekitar 500 orang karyawan menggelar pameran edukasi air, membersihkan, memilah, dan mendaur ulang sampah di sepanjang Pantai Indah Ancol. Gerakan ini merupakan bagian dari HSBC Group’s Water Programme di Indonesia dengan merangkul pemerhati lingkungan asli Jakarta, Bang Idin.
Menggunakan pakaian khas Betawi, lengkap dengan kopiah, Bang Idin membantu membersihkan tepian Pantai Ancol. Pria bernama asli H. Chaerudin ini bahkan melibatkan diri dalam program edukasi pentingnya pengelolaan air dari hulu ke hilir.
Dikatakan oleh CEO HSBC Indonesia Alan Richards, program mereka berakar dari tren demografis yang semakin meningkat. Serta dampak dari perubahan iklim yang juga semakin tajam. "Maka pengelolaan air menjadi persoalan krusial di dunia. Kami mengawali aksi kami dengan melaksanakan kegiatan edukasi mengenai pentingnya peran air dalam membangun komunitas dan pengembangan bisnis," kata Richards.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR