Nationalgeographic.co.id—Alexandria merupakan kota metropolitan ikonik pada zaman Yunani kuno yang didirikan oleh Alexander Agung, raja dari Makedonia dan pemimpin Liga Khorintos Yunani sekitar tahun 331 SM.
Setelah menaklukkan Fenisia pada tahun 332 SM, Alexander melanjutkan perjalanannya ke Mesir dan membangun kota ini di tepi Delta Nil.
Lokasinya sangat strategis karena terletak di antara Laut Mediterania di utara dan Danau Mariut di selatan, sehingga menjadi pusat perdagangan yang ideal.
Untuk membangun kota ini, Alexander mempekerjakan arsitek Dinocrates dari Rodos. Luas kota ini mencapai sekitar sembilan mil dan dihuni oleh sekitar empat ratus ribu orang.
Setelah mendirikan Alexandria, Alexander berencana memimpin pasukannya ke Asia, lalu meninggalkan jenderalnya, Ptolemy, untuk memerintah Mesir.
Namun, Alexander meninggal pada tahun 323 SM. Kekaisarannya kemudian dibagi menjadi empat negara penerus: Makedonia Antigonid, Pergamum Attalid, Suriah Seleucid dan Mesir Ptolemaik.
Alexandria menjadi ibukota Mesir Ptolemaik dan menandai awal era Helenistik yang kaya di Mesir.
Era Ptolemaik dan Kota Alexandria
Dinasti Ptolemaik, yang didirikan oleh Ptolemy Soter I, memerintah Alexandria selama hampir tiga abad. Cleopatra VII adalah anggota terakhir dinasti ini.
Selama era Ptolemaik, budaya Helenistik mencapai puncaknya dalam berbagai bidang seperti agama, budaya dan politik. Setelah Ptolemy Soter I meninggal pada tahun 282 SM, putranya Ptolemy II Philadelphus naik takhta.
Di bawah pemerintahan Ptolemy II, Alexandria mengalami masa kejayaan. Perpustakaan Alexandria mengumpulkan banyak gulungan naskah, menarik cendekiawan dari seluruh dunia Helenistik.
Baca Juga: Kebanggaan Alexandria, Mercusuar Pharos Bersinar selama 1.000 Tahun
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR