Nationalgeographic.co.id—Ketika tiba di Alexandria lewat jalur laut, mercusuar megah yang menjulang jadi pemandangan pertama yang terlihat. Dibangun oleh Sostratus, seorang arsitek Yunani terkenal, mercusuar Pharos atau mercusuar Alexandria dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Ini adalah simbol kebesaran Alexandria, suar besar yang menuntun para pelaut. Sebagai kebanggaan Alexandria, mercusuar Pharos bersinar selama 1.000 tahun.
Meskipun indah dan fungsional, mercusuar Alexandria juga memiliki tujuan praktis. Cahayanya dengan aman memandu kapal ke pelabuhan Mesir selama berabad-abad, membuat Alexandria jadi pusat perdagangan Mediterania.
Aleksander Agung mendirikan kota eponimnya pada tahun 331 Sebelum Masehi setelah menguasai wilayah pesisir Mediterania timur. Di Delta Nil, ia memutuskan untuk menemukan pelabuhan untuk mengendalikan lautan. Kota tersebut kelak akan menggantikan kota Tyre di Fenisia—yang baru saja dihancurkannya—sebagai pusat perdagangan.
Tempat yang sempurna pun ditemukannya. Itu adalah sebuah hamparan tanah yang terhubung dengan Sungai Nil. Tanah tersebut juga dilindungi oleh Danau Maryut di sisi selatan.
Mengarungi perairan berbahaya sebelum sampai di Alexandria
"Alexandria berbentuk hampir seperti persegi panjang sempurna antara laut dan Danau Maryut," tutur Eva Tobalina di laman National Geographic. Penjelajah membandingkannya dengan chlamys, jubah Yunani kuno.
Kota ini menerima pasokan airnya melalui sebuah kanal yang menghubungkannya dengan cabang delta Canopic. Selokan serta jalan lebarnya jarang ditemukan di Mediterania timur. Kota yang menakjubkan ini dibagi menjadi lima distrik. Namun hampir seperempat dari perluasannya digunakan untuk istana dan taman kerajaan.
Pelabuhan itu dalam, sehingga cocok untuk kapal-kapal dengan muatan besar. Selain itu, juga terlindung dari angin utara yang berbahaya. Namun, tanpa kompas atau instrumen navigasi, sulit untuk menemukan arah dengan mengamati garis pantai. Sedangkan di daerah sekitar Delta Nil, tidak ada gunung atau tebing yang dapat digunakan untuk bernavigasi. Pantai di daerah itu berupa bentang alam rawa dan gurun yang tak berujung. "Daratannya sangat rendah sehingga terkadang tampak bersembunyi di balik laut," tutur Tobalina.
Bukan cuma itu, ada sebidang tanah yang nyaris tidak terendam air. Ini tidak terlihat oleh siapa pun yang tidak terbiasa dengan perairan pantai. Banyak pelaut menemukan bahwa ketika mereka mengira bagian terburuk dari perjalanan mereka telah berakhir. Kemudian kapal mereka akan terdampar di hamparan pasir ini.
Seakan belum cukup, garis ganda terumbu di depan Alexandria dapat berakibat fatal bagi kapal jika angin tidak mendukung. Jelas sebuah mercusuar diperlukan, namun bukan sembarang mercusuar.
Mimpi Aleksander Agung
Penempatan mercusuar dipilih dengan cermat. Di lepas pantai Alexandria terdapat sebuah pulau kecil, Pharos.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR