Mengunjungi Mekkah di Arab Saudi lebih dari sekedar petualangan bagi kaum Muslim. Di tanah inilah, Muslim melengkapi Rukun Islam kelima dengan menunaikan Haji.
Mekkah diibaratkan siklus hidup yang tak berkesudahan. Berputar mengelilingi Ka'Bah (tawaf), bergerak layaknya rotasi Bumi. Manusia bagaikan butiran pasir di pantai nan indah. Demikian pemaparan rasa yang dibagi oleh Saptono Soemardjo, satu dari dua jurnalis photo Antara yang berkesempatan mengunjungi Mekkah.
Di tangan Saptono dan Prasetyo Utomo, Mekkah bukan lagi terlihat hanya sebagai tempat menunaikan kewajiban agama. Namun, layaknya kota besar yang susah payah meladeni jutaan penghuninya. Lengkap dengan segala permasalahan.
"Niat awal kami hanya membuat pameran foto dan buku. Tapi saya bisa memotret sekaligus ibadah," kata Prasetyo saat peluncuran buku dan pameran foto karyanya bersama Saptono, "Makkah Photographic Diary," di galeri foto Antara, Jakarta, Jumat (3/8).
Menurut Asro Kamal Rokan, anggota Dewan Pengawas Kantor Berita Antara, mata jurnalis Saptono dan Prasetyo berhasil menangkap lebih dari sekedar ritual ber-haji. Tapi juga kehidupan manusia di antara rentetan Rukun Haji dan pembangunan kota. "Bahkan banjir yang melanda di Mekkah, (disampaikan) dengan cara yang unik.
Pemaparan ini berhasil menyajikan kehidupan kota yang "manusiawi." Masyarakat Mekkah ternyata memiliki kehidupan dan problema, siklus wajar yang dialami semua kota besar di dunia.
Ditambahkan Oscar Matullah sebagai kurator, buku yang dihasilkan Saptono dan Prasetyo merupakan buku ketiga dari trilogi buku Mekkah. Jika buku sebelumnya lebih banyak berisi ibadah, maka buku ketiga ini berbeda.
"Buku ketiga ini merupakan catatan harian visual fotografis," kata Oscar. Foto-foto hasil tangkapan lensa kedua fotografer ini akan dipamerkan dari tanggal 3 Agustus hingga 10 September 2012 di galeri foto Antara.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR