Robot milik NASA yang kini berada di Planet Mars, Curiosity, berutang budi pada gabungan profesor dan mahasiswa dari University of Tennesse, Amerika Serikat. Sebab, karena sumbangsih mereka-lah Curiosity bisa bergerak leluasa di permukaan Mars.
Ben Blalock, profesor dari ilmu elektro, bergabung dengan dua mahasiswanya, Stephen Terry dan Robert Greenwell, untuk menciptakan microchip khusus untuk Curiosity. Bobot chip ini setara dengan jepitan kertas, namun mampu mengontrol pergerakan motor Curiosity.
Terdapat sekitar 80 microchip Quad Operational Amplifier (op amp) ini yang menjadi penggerak 40 motor Curiosity. Tanpanya, Curiosity tak akan bisa menjelajahi permukaan Mars, mengumpulkan sampel tanah dengan lengan robotnya, atau menggerakkan kamera demi menghasilkan gambaran terbaik ke Bumi tentang Mars.
"Chip analog ini di dalam motor pengendali elektronik, yang membuat kamera bergerak, bergerak ke kiri dan kanan, serta naik dan turun," kata Blalock. Selain itu, tambah Blalock, chip ini juga bisa mengoperasikan roda Curiosity. "Semua hal ini membutuhkan (gerak) motor."
Op amp merupakan chip yang umum ditemui dalam peralatan elektronik. Keunikannya terletak pada daya tahan yang mampu bertahan 500 hari dari paparan radiasi. Selain itu, chip ini bisa bertahan dari suhu minus 180 derajat Celcius hingga positif 120 derajat Celcius.
Lebih dari cukup untuk selamat dari suhu ekstrem di Mars yang mencapai minus 120 derajat Celcius hingga positif 20 derajat tiap harinya. "Kami juga harus merancang lebih agar (chip ini) bisa beroperasi di lingkungan yang lebih dingin dari 120 derajat Celcius," kata Blalock lagi.
"Tujuannya untuk kemungkinan penggunaan ulang microchip ini dalam lingkungan ekstrem lainnya pada misi di masa depan."
Curiosity diluncurkan pada 26 November 2011 lalu dan mencapai Mars pada 5 Agustus 2012 (6 Agustus WIB). Robot yang dibangun dengan biaya Rp23,75 triliun itu memiliki misi mendeteksi apakah lingkungan Mars cocok untuk adanya mikroba. Jasad renik ini jadi kunci apakah pernah ada kehidupan di Mars atau adakah kemungkinan manusia bisa hidup di sana.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR