“Target utama saya adalah menemukan hunian akhir Pleistosen,” ujar Truman. “Kalau kita bisa menemukan hunian puluhan ribu tahun yang lalu itu lebih menarik.”
Sementara itu Pindi Setiawan memberikan pemaparan soal hubungan gambar cadas dan aspek keruangan Gua Harimau terhadap lingkungan sekitar. Pindi merupakan ahli gambar cadas dari Institut Teknologi Bandung yang menjadi bagian tim Pusat Arkeologi Nasional.
Menurutnya, gambar cadas yang terdapat di dua galeri gua ini mempunyai makna sangat penting dalam sejarah ke-Nusantara-an. Tampaknya gambar-gambar itu terkait dengan suatu kejadian sakral pada masyarakat yang tak hanya berburu-meramu, melainkan juga bertani, dan telah mengenal pertukaran barang.
“Ketika gambar cadas itu dibuat,” ujar Pindi, “kemungkinan gua bukan sebagai hunian utama, melainkan sebagai suatu tempat yang sakral bagi masyarakatnya.”
“Gua harimau sepertinya berfungsi sebagai peribadatan” ujarnya. “Ada indikasi kuat.” Pertimbangannya adalah gua ini memiliki panorama yang bagus, terlihat dari jauh lantaran berciri dinding putih, berkesan bersih, dan dekat sumber air. “Itu berulang di seluruh Indonesia,” kata Pindi, “bahwa gua-gua yang digunakan sebagai tempat upacara sakral mempunyai ciri khas seperti itu.”
Akankah Truman dan timnya berhasil membuka tabir hunian prasejarah di Gua Harimau? Apakah serangkaian gambar cadas dan permakaman di gua itu saling berkaitan?
National Geographic Indonesia pada awal tahun 2013 menyajikan edisi spesial "Mengapa Kita Menjelajah" untuk menyambut perayaan 125 tahun lahirnya National Geographic Society. Kisah temuan arkeologi di Gua Harimau menjadi salah satu bagian dalam edisi tersebut. Simak kisah lengkap penelusuran kami tentang siapa sejatinya penghuni prasejarah gua itu di National Geographic Indonesia Edisi Januari 2013, Tapak Jejak Pitarah Sumatra.
Penulis | : | |
Editor | : | Silvita Agmasari |
KOMENTAR