Nationalgeographic.co.id—Dari 528 kucing yang dilaporkan terkena penyakit langka di Inggris, setidaknya 330 di antaranya telah meninggal. Data hanya mewakili persentase sebagian kasus karena banyak kasus yang mungkin belum dilaporkan sehingga bisa diselidiki oleh para dokter hewan.
Para pejabat kesehatan di Inggris mengatakan bahwa penyakit itu disebut pansitopenia kucing. Kondisi ini meliputi penurunan cepat jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang mengakibatkan penyakit serius pada kucing, menurut Royal Veterinary College (RVC) di London.
Sekitar 528 kucing dirawat di rumah sakit RVC dimana tingkat kematian di antara kasus yang dilaporkan adalah 63,5 persen. Saat ini, persentase ini hanya mencakup kasus-kasus kucing yang telah dilaporkan ke para dokter hewan. Angka ini dianggap hanya sebagai persentase kecil dan dapat berubah setelah data diverifikasi secara independen.
Lonjakan kasus pansitopenia kucing yang parah dimulai pada akhir Mei 2021. Kondisi yang mengkhawatirkan mengingat penyakit ini biasanya bersifat langka.
"Biasanya, kita mungkin melihat satu kasus ini per tahun tetapi kita telah melihat sekarang sepuluh kucing dengan pansitopenia parah (terdiri dari leukopenia parah, trombositopenia dan anemia) dalam empat minggu terakhir," ujar Dr. Barbara Glanemann dari RVC.
"Kucing-kucing itu sangat tidak sehat, mengalami pendarahan spontan dan sering membutuhkan transfusi multipel untuk stabilisasi sebelum invetigasi apa pun dapat dilakukan," tutur Glanemann, seperti dilansir Nature World News.
Baca Juga: Kucing Peliharaan Ternyata Berasal dari Timur Dekat dan Mesir Kuno
Dalam investigasi baru-baru ini, RVC dan Badan Standar Makanan di Inggris (FSA) mengatakan wabah itu dapat dikaitkan dengan racun dalam makanan kucing yang telah ditarik dari peredaran. Mereka meneliti beberapa merek makanan kucing yang telah ditarik kembali pada bulan Juni seperti makanan kucing hipoalergenik dengan keluaran Sainsbu. Selain itu, mereka juga meneliti makanan kucing dengan merek Applaws dan AVA keluaran Pets at Home.
“Inevstigasi kami sedang berlangsung dan kami masih mengumpulkan data dari para dokter hewan yang berpraktik, serta menguji sampel makanan yang terkait dengan kucing yang terkena dan yang tidak terpengaruh untuk menentukan signifikansi temuan ini. Kami telah membagikan hasil kami dengan FSA untuk membantu mereka terkait investigasi mereka atas masalah ini," lapor RVC.
Perusahaan manufaktur Fold Hill Foods yang memproduksi ketiga jenis makanan kucing dari dua perusahaan yang disebutkan di atas itu secara sukarela telah mengeluarkan penarikan pencegahan produk makanan kucing tertentu setelah mereka mengetahui bahwa FSA sedang menyelidiki hubungan potensial antara penyakit dan makanan mereka.
Baca Juga: Sampai Umur Berapa Seekor Kucing Bisa Hidup Menemani Pengasuhnya?
Juru bicara Fold Hill Foods mengutip pernyataan FSA sebelumnya yang mengatakan "tidak ada bukti pasti untuk mengkonfirmasi hubungan pada tahap ini antara produk makanan kucing dan pansitopenia kucing."
Namun FSA telah memperbarui pernyataan berdasarkan hasil investigasi mereka bahwa mikotoksin, senyawa beracun yang secara alami diproduksi oleh beberapa jenis jamur, ditemukan secara luas "dalam sejumlah kecil sampel makanan kucing yang ditarik yang telah diuji hingga saat ini." Hasil investigasi mereka menunjukkan bahwa senyawa beracun ini adalah penyebab pansitopenia kucing.
Baca Juga: Lima Kucing Terbesar yang Hidup di Alam Liar: Harimau hingga Puma
Investigasi mereka akan dilakukan lebih lanjut untuk sampel dan penyaringan yang lebih luas, menurut FSA.
Perusahaan makanan kucing Sainsbury dan Pets at Home secara sukarela juga telah menarik produk mereka dan mendukung penyelidikan.
Sementara itu, FSA menyarankan para pemilik kucing peliharaan untuk menghindari penggunaan produk makanan kucing yang telah ditarik kembali itu. FSA juga mengimbau agar para pemilik kucing segera datang ke dokter hewan jika gejala penyakit yang sama terlihat pada kucing-kucing mereka.
Baca Juga: Mengapa Kita Lebih Peduli pada Hewan Peliharaan Daripada Sesama?
Source | : | Nature World News |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR