Don Juan dan keponakan Sang Komandan berdansa, hingga pelayan mengumumkan bahwa makan malam telah siap. Ketika para pelayan menghidangkan makanan ke atas meja, terdengar suara gedoran di pintu.
Pelayan bergegas mengambil lilin dan melihat siapa yang datang. Ia menjadi ketakutan begitu melihat patung Sang Komandan yang menghampiri Don Juan sampai ke meja makan.
*
Demikian cuplikan sepenggal adegan yang berasal dari balet tiga babak, "Gluck - Don Juan ou le Festin e Pierre". Dramaturgi ini merupakan karya yang diciptakan komposisinya tahun 1730, oleh Jean-Fery Rebel. Lantas seorang koreografer Prancis, Gasparo Angiolini, ialah guru besar balet di lingkungan istana di Wina, menciptakan jalinan koreografi yang begitu indah pada 1761.
Konduktor Marc Minkowski tidak sekadar menjadi konduktor piawai pada malam itu, tetapi ia untuk pertama kalinya, juga mendeklamasikan teks narasi.
"Don Juan ou le Festin de Pierre" yang dianggap salah satu dari balet-balet dramatis awal, dimainkan Orkestra Les Musiciens du Louvre Grenoble secara memukau, sebagai pembuka dalam konser simfoni di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pekan lalu (7/3).
Grup orkestra ini telah didirikan Minkowski pada tahun 1982, dan terkenal kerap menampilkan berbagai karya musik Prancis ke-19. Les Musiciens du Louvre Grenoble mengawali musim 2012/2013 dengan merilis sebuah album rekaman, berjudul Schubert Symphonies. Dan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-30, segenap musisi Les Musiciens du Louvre Grenoble mempersembahkan tur besar di Asia, penampilan di Jakarta termasuk dalam rangkaian itu.
Sepanjang tiga puluh tahun terakhir dalam perjalanan mereka, Les Musiciens du Louvre Grenoble sudah memberi napas baru pada repertoar-repertoar zaman Barok, Klasik, dan Romantik.
Orkestra ini menyita perhatian dengan membawakan interpretasi ulang karya Handel, Purcell, Rameau, juga Haydn, Mozart, serta yang teranyar Bach dan Schubert. Apalagi mereka memainkannya pun dengan instrumen musik khas era tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR