Perubahan cara kita menggunakan tanah ternyata membawa manfaat dalam menghadapi cuaca panas. Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, sejumlah peneliti menyebutkan, pola yang terjadi secara global, di mana pepohonan ditebang dan tanah berganti menjadi lahan rumput mampu mempengaruhi temperatur ekstrem.
“Kami mendapati bahwa mengganti pepohonan dengan rumput mampu membawa sedikit efek pendinginan, efek ini kebalikan dari perubahan iklim yang diakibatkan oleh gas rumah kaca seperti karbon dioksida,” kata Nikos Christidis, peneliti dari Met Office, yang mengepalai penelitian.
Dalam studinya, peneliti menggunakan metode statistik untuk melihat rekam jejak perubahan penggunaan tanah. Untuk pertama kali, mereka mengamati efeknya pada iklim dalam konteks pengaruh perubahan penggunaan tanah tersebut terhadap iklim.
“Selama abad terakhir, ada banyak perubahan penggunaan tanah secara signifikan. Terutama adalah penggantian pepohonan dengan tanah,” kata Christidis. “Saat kita mengganti pepohonan dengan rumput, permukaan tanah menjadi lebih reflektif. Artinya, pada hari-hari panas di mana banyak cahaya matahari, semakin banyak panas dipantulkan kembali dari permukaan. Ini sedikit membawa efek pendinginan,” ucapnya.
Sayangnya, Christidis menegaskan, efek pendinginan yang dihadirkan oleh pertumbuhan lahan rerumputan kemungkinan besar dikerdilkan oleh efek pemanasan yang dibawa oleh gas rumah kaca.
“Pada tahun 1950-an dan 1960-an, lahan rerumputan kemungkinan mampu meredakan cuaca panas ekstrem. Namun sejalan dengan waktu, efek ini dikalahkan oleh pemanasan yang dihasilkan oleh emisi gas rumah kaca,” ucap Christidis.
Christidis berharap, temuan mereka mampu menginspirasi dan merepresentasikan secara lebih baik terkait efek penggunaan tanah terhadap perubahan iklim, dan pada akhirnya mampu memperbaiki cara prediksi perubahan iklim yang akan terjadi.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR